REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Sedikitnya delapan orang tewas dalam bentrok kelompok bersenjata bersaing pendukung dan lawan Damaskus di kota Tripoli, kata sumber keamanan pada Rabu. Hal ini, menurut laporan, menunjukkan keamanan rapuh di Lebanon.
Dua orang tewas dalam kekerasan terkini setelah peristiwa berdarah mengakibatkan enam orang tewas dalam bentrokan antara kelompok bersenjata Sunni dengan kelompok Alawite. ang tewas termasuk seorang remaja berusia 13 tahun, sementara 75 orang lain luka, termasuk seorang bocah berumur enam tahun, yang lumpuh oleh luka tembak, dan 15 prajurit.
Kota pelabuhan utara, Tripoli, tegang pada Rabu (22/8), seperti dilaporkan AFP. Ketegangan itu terjadi dalam bentrokan dengan kelompok bersenjata berkendaraan melalui kota itu. Konflik itu mengguncang keamanan rapuh di Libanon yang beberapa dasa warsa berada di bawah kekuasaan Suriah.
Pertempuran pertama meletus pada Senin malam di Tripoli, antara rumah warga Sunni yang memusuhi Presiden Suriah Bashar Assad, dengan warga Alawit, cabang Islam Syiah, tempat asal pemimpinnya. Konflik itu melibatkan penembakan senapan mesin dan roket anti-tank.
Perdana Menteri Najib Mikati menyeru tentara dan pasukan keamanan melakukan yang mereka bisa untuk menghentikan pertempuran itu. Tentara menyatakan mengejar kelompok bersenjata dan menyita sejumlah senjata, bom dan peluru.
Baku-tembak pada Senin antara Bab Tebbaneh dengan Jabal Mohsen memicu kekerasan terkini tersebut.
"Kami berulang kali memperingatkan jangan tertarik ke kobaran api ini, yang menyebar ke seluruh Libanon," kata Mikati tentang pemberontakan bersenjata menentang Assad di Suriah sejak Maret 2011, "Tapi beberapa pihak jelas ingin mendorong Libanon ke kemelut itu."