REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Para pejabat Turki dan Amerika Serikat menggelar pertemuan pertama mereka pada Kamis. Mereka membahas rencana operasional mengakhiri rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Pertemuan diadakan untuk mengkoordinasikan langkah-langkah militer, intelejen dan politik atas krisis di Suriah. Krisis yang pecah penumpasan terhadap protes damai pada Maret 2011. Krisis yang menurut para aktivis merenggut lebih 23.000 jiwa.
Para pejabat juga akan membahas rencana-rencana kontingensi atas kemungkinan terjadi ancaman. Itu termasuk ancaman serangan kimia oleh rezim Bashar. Ancaman yang oleh Washington dikatakan akan menjadi "garis merah".
''Pejabat senior di Kementerian Luar Negeri Turki, Halit Cevik, dan Duta Besar AS Elisabeth Jones memimpin delegasi yang terdiri atas para agen intelejen, perwira militer dan diplomat dalam pertemuan Ankara,'' kata satu sumber di kementerian itu kepada AFP.
Pertemuan dimulai pukul 8.00 waktu GMT dan berlangsung selama delapan jam. Tak ada pernyataan pers setelah pembicaraan tertutup tersebut.
Namun juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Victoria Nuland, mengatakan bahwa pembicaraan Ankara membahas transisi atas Suriah pasca Bashar. Pertemuan juga membahas cara-cara untuk mendukung oposisi dan menangani para pengungsi.
"Ini dirancang untuk membahas rencana kontingensi menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi," kata Nuland kepada wartawan di Washington.