REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Tradisi open house yang merupakan acara syawalan atau halal bi halal antara raja keraton Yogyakarta sekaligus gubernur DIY sudah dua tahun berturut-turut dilaksanakan di Pagelaran Keraton Yogyakarta.
"Lokasi open house di sini karena tempatnya lebih luas dan supaya masyarakat jangan kepanasan. Kalau di Bangsal Kepatihan Yogyakarta maksimal hanya bisa menampung 2000 orang, sedangkan yang lainnya harus antre panas-panas. Kalau di sini meskipun antre masyarakat tidak kepanasan," kata Sultan pada wartawan usai menggelar open house di Bangsal Kepatihan, Jumat (24/8).
Menurut Sultan, kalau di Kepatihan pohonnya sudah rindang sehingga tidak menyebabkan masyarakat yang antre kepanasan. "Acara di sini bukan berarti mengundang masyarakat untuk datang ke keraton. Besok kalau pohonnya (red. di Kantor Gubernur DIY Kepatihan Yogyakarta) sudah tinggi," tutur Sultan sambil tersenyum.
Dikatakan Sultan, pelaksanaan open house kali ini cukup tertib dibandingkan tahun lalu. Meskipun berdiri selama 2,5 jam dan hanya istirahat sekali sekitar 10 menit, Sultan mengaku tidak capek. "Biasa saja, tidak menguras tenaga kok," kata dia.
Sementara itu, Pengageng II Tepas Duwarapura Keraton Yogyakarta, KRT Jatiningrat mengatakan tradisi syawalan di Keraton Yogyakarta sudah sejak lama dilaksanakan, tetapi dulu hanya untuk kerabat keraton dan abdi dalem keraton. Sedangkan tradisi open house mulai dilaksanakan sejak Sultan HB X menjadi gubernur.
"Hal ini untuk memberi kesempatan kepada masyarakat yang tidak mampu bersyawalan ke keraton Yogyakarta dan masyarakat yang tidak bisa 'laku ndhodhok'. Kegiatan ini bermanfaat untuk mempersatukan diri dan membentuk kesatuan dan persatuan antara pemimpin dan rakyatnya atau istilahnya 'golong gilig','' jelas Romo Tirun, panggilan akrab KRT Jatiningrat.
Sebetulnya, dia menambahkan, seperti inilah cita-cita kepemimpinan yakni gubernur dekat dengan rakyatnya dan rakyat butuh diayomi, dilindungi dari segala sesuatu termasuk disejahterakan. "Jadi pimpinan dan rakyat itu saling membutuhkan. Ini suatu momen yang harus dijaga, jangan sampai rakyat menjadi tidak percaya," ungkap dia.
Diakui Romo Tirun, diadakannya open house di Pagelaran Keraton karena tempatnya lebih memungkin untuk masyarakat datang termasuk wisatawan mancanegara juga ada yang ikut bersalaman dengan Sultan.