Jumat 24 Aug 2012 15:05 WIB

Persis dan Pemurnian Islam (4-habis)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Lambang Persis.
Foto: islamedia.web.id
Lambang Persis.

Penerapan Hukum Islam

Menurut Tafsir Qanun Asasi Persis, pada mulanya Persis, yang terbentuk dan berdiri pada masa penjajahan kolonial Belanda itu, tidaklah didasarkan atas suatu kepentingan atau kebutuhan masyarakat pada masa itu.

Para pendirinya mendirikan organisasi ini karena terpanggil oleh kewajiban dan tugas risalah dari Allah SWT, sebagaimana Rasulullah SAW berdiri di atas Bukit Shafa untuk menyatakan kerasulannya tidaklah berdasarkan atas kepentingannya.

Menurut Dadan Wildan, para pendiri Persis menilai bahwa masyarakat Islam Indonesia ketika itu tidak membutuhkan suatu perombakan tatanan kehidupan keislaman.

Namun, mereka melihat bahwa sebagian besar umat Islam telah tenggelam dalam ‘buaian’ taklid, jumud, khurafat, bid’ah, takhayul, syirik, dan paham-paham sesat lainnya. Karena itu, tulis Wildan, Persis berdiri atas dasar kewajiban terhadap tugas Ilahi untuk mengubah kemandekan berpikir dan membuka ketertutupan pintu ijtihad.

Berbeda dengan organisasi-organisasi lain yang berdiri pada awal abad ke-20, menurut Howard M Federspiel dalam tulisannya yang bertajuk “Islamic Reform in Twentieth Century Indonesia”, Persis mempunyai ciri tersendiri. Kegiatan organisasi ini dititikberatkan pada pembentukan paham keagamaan.

Sejalan dengan ini, Isa Anshary dalam buku “Manifest Perjuangan Persatuan Islam” menyatakan Persis tampil sebagai sebuah organisasi kaum Muslim yang sepaham dan sekeyakinan, yakni kaum pendukung dan penegak Alquran dan sunah.

Menurut Isa Anshary, Persis mengutamakan perjuangan dalam lapangan ideologi Islam dan bukan dalam bidang organisasi. Persis berjuang membentuk dirinya menjadi intisari dari kaum Muslim.

“Ia mencari kualitas, bukan kuantitas. Ia mencari isi, bukan jumlah. Karena itu, organisasi ini tampil sebagai salah satu sumber kebangkitan dan kesadaran baru bagi umat Islam serta menjadi kekuatan dinamika dalam menggerakkan kebangkitan umat Islam” kata Anshary.

Sejak awal berdirinya, Persis tidak memberikan penekanan pada kegiatan organisasi. Para pengurus Persis tidak terlalu berminat untuk membentuk banyak cabang atau menambah sebanyak mungkin jumlah anggota. Sebab, yang terpenting bagi mereka adalah semangat keberagamaan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam sebagaimana dikehendaki oleh Allah dan rasul-Nya yang termaktub dalam Alquran dan hadis Nabi Muhammad SAW.

Karena itu, organisasi ini tidak cepat berkembang menjadi sebuah organisasi yang besar. Sebab, itu bukan tujuan utamanya. Namun, pengaruh organisasi ini tampak jauh lebih besar dibandingkan jumlah cabang ataupun anggotanya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement