Ahad 26 Aug 2012 15:35 WIB

Kebakaran Masih Terjadi di Lereng Gunung Papandayan

Rep: Ghalih Huriarto/ Red: Dewi Mardiani
Kebakaran hutan (ilustrasi).
Foto: Antara/Rahmad
Kebakaran hutan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT – Kondisi cuaca yang kering dan angin yang berhembus kencang menyebabkan kebakaran hutan di lereng Gunung Papandayan masih terjadi. Berdasarkan informasi dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah V Garut, hingga Ahad (26/8) pagi, luas lahan yang terbakar sekitar 30 hektar. Petugas pun dikerahkan untuk memadamkan api.

Kepala Seksi BKSDA Wilayah V Garut, Teguh Setiawan mengatakan, keberadaan tanaman di Taman Wisata Alam Gunung Papandayan kering, karena belum mendapat hujan sejak bulan April yang lalu. “Kondisinya kering, karena dari April sampai saat ini curah hujan sangat sedikit, sehingga api mudah sekali merambat. Ditambah lagi dengan angin berhembus kencang, menyebabkan api sulit dipadamkan,” ujarnya saat dihubungi, Ahad (26/8).

Pada Ahad pagi, kembali terlihat kepulan asap dari hutan lereng Gunung Papandayan di sekitar blok Cibeureum Gede. Sebanyak 30 petugas gabungan dari BKSDA, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), sukarelawan Pencinta Alam, TNI, Polisi Hutan, serta Masyarakat Peduli Api (MPA) Gunung Papandayan terus memantau dan memadamkan api yang merambat ke blok tersebut.

“Petugas masih terus melakukan pemadaman. Informasi terakhir sampai pagi ini sekitar 30 hektar yang sudah terbakar, tetapi kami masih menunggu laporan lagi setelah pemadaman. Biasanya diukur lagi,” ungkapnya.

Petugas melakukan pemadaman dengan cara manual, yaitu menggunakan sekat bakar untuk mecegah meluasnya kebakaran. Petugas sempat kesulitan memadamkan api, karena medan yang terjal. “Mudah-mudahan sekat bakar bisa mengurangi rambatan api, dan semoga angin berpihak kepada kita, sehingga tidak meluas,” paparnya.

Teguh menerangkan, Hutan Taman Wisata Gunung Papandayan yang terbakar berada di ketinggian sekitar 1.500 – 2.000 meter diatas permukaan laut. Di ketinggian tersebut terdapat beberapa vegetasi seperti Cantigi, Haruman, dan Puspa. Hingga saat ini pihaknya belum bisa memastikan sumber api penyebab kebakaran di hutan lereng Gunung Papandayan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement