REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Reformasi keuangan yang dilakukan Malaysia dinilai dapat membantu pertumbuhan bank syariah di negara tersebut. Caranya adalah dengan memberi kesempatan lebih banyak kepada perbankan syariah untuk masuk ke daerah perdesaan, yang memiliki proporsi muslim lebih besar dibandingkan daerah urban.
Bank sentral Malaysia telah mengeluarkan pedoban agen perbankan bulan ini tentang perluasan program percontohan yang memungkinkan pemberi pinjaman menawarkan layanan keuangan melalui outlet non-bank. "Ini akan menjadi saluran efektif bagi institusi finansial untuk menjangkau bagian terjauh dari penduduk," ujar Gubernur Bank Sentral Malaysia, Zeti Akhtar Aziz, seperti dilansir laman Reuters, Ahad (26/8).
Pedoman yang dikeluarkan bulan lalu ini mencatat terdapat sekitar 474 daerah perdesaan yang dapat dilayani melalui program non bank. Beberapa diantara daerah tersebut memiliki populasi muslim terbesar dengan pendapatan rumah tangga rata-rata terendah.
Hal ini dapat memberikan kesempatan bagi bank syariah untuk berperan penting mengembangkan wilayah teresbut. Peran ini seiring dengan tujuan pemerintah untuk meningkatkan perekonomian daerah termiskin dari populasi di negara tetangga tersebut.
Populasi Muslim Malaysia di Kedah, Kelantan, Perlis, dan Terengganu diperkirakan mencapai 89 persen. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan ibu kota Malaysia, Kuala Lumpur, yang hanya sekitar 46 persen.
Data bank sentral menunjukkan perbankan syariah Malaysia secara kolektif memegang 19 persen aset perbankan negara tersebut. Skema agen perbankan pada awalnya dimulai sebagai pilot project pada 2010 dengan partisipan Maybank, RHB Bank, dan bank pemerintah Bank Simpanan Nasional.
Semua bank tersebut merupakan bank konvensional dengan unit usaha syariah. Program ini melayani lebih dari 65 persen perdesaan dari yang teridentifikasi di pedoman. Pada saat itu jaringan gabungan terdiri dari 2.322 agen yang melayani sekitar satu juta transaksi dan bernilai 190 juta ringgit.