REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kritikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diterima oleh Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Marciano Norman, dengan janji mengevaluasi jajaran intelijennya. “Kita harus mengevaluasi,” katanya saat ditemui di Kantor Presiden, Senin (27/8).
Ia mengakui jika jajaran intelijen harus diperbaiki. Menurutnya, intelijen yang baik seharusnya mempunyai kemampuan mendeteksi secara dini hal-hal atau potensi konflik. Meski kadang-kadang, kata dia, upaya pencegahan sudah dilakukan secara maksimal, tetapi terkadang peristiwa yang tidak diinginkan tetap terjadi. “Tetap terjadi, walaupun kita juga telah melakukan langkah-langkah itu (pencegahan). Ya, memang kita harus memperbaiki,” katanya.
Sebelumnya, Presiden SBY mengeritik langsung kinerja intelijen, baik di jajaran Polri ataupun TNI. Hal ini berkaitan dengan bentrokan di Sampang, Madura, Jawa Timur, yang dianggap Presiden tidak bisa diantisipasi oleh jajaran intelijen.
“Intelijen lokal, baik Polri maupun teritorial TNI, mestinya kalau intelijen itu bekerja dengan benar dan baik akan lebih bisa diantisipasi, di deteksi keganjilan yang ada di wilayah itu,” katanya saat memberikan keterangan pers di Kantor Presiden, Senin (27/8).
Menurutnya, perisitwa yang sudah pernah terjadi tahun sebelumnya di tempat yang sama seharusnya bisa diantisipasi oleh aparat. Ia mengartikan terjadinya peristiwa akhir pekan lalu, karena penyelesaian bentrok di 2011 tidak tuntas. “Penyelesaian peristiwa pada Desember 2011 tidak tuntas benar. Akarnya masih ada,” katanya.