Selasa 28 Aug 2012 08:50 WIB

Jumlah Pendatang Baru DKI Diprediksi Menurun

Rep: Alicia Saqina/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ratusan pembeli tiket berdesakan mengantri di loket Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta, Sabtu (3/9). Puncak arus balik terjadi pada Sabtu dan Ahad.
Foto: ANTARA/Noveradika
Ratusan pembeli tiket berdesakan mengantri di loket Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta, Sabtu (3/9). Puncak arus balik terjadi pada Sabtu dan Ahad.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Jumlah pendatang baru ke DKI Jakarta pasca-Idul Fitri 1433 Hijriah, diprediksi menurun. Penurunan jumlah warga asal daerah-daerah di Indonesia di luar Ibu Kota yang datang ini, diperkirakan sebanyak lima sampai tujuh ribu orang.

Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta Purba Hutapea mengatakan, tahun 2011 jumlah pendatang DKI ialah sebanyak 52.000 ribu jiwa. ''Tahun ini jumlahnya diprediksi sekitar 45.000 hingga 50.000 pendatang,'' tutur Purba kepada Republika, Senin (27/8) sore, saat ditemui di kantornya.

Purba mengatakan, memang hampir dipastikan setiap tahunnya, jumlah pendatang arus balik lebih banyak ketimbang saat arus mudik. ''Itulah urbanisasi, seberapa tertariknya penduduk desa pindah ke Jakarta,'' ucapnya.

Ia menjelaskan, penyurutan jumlah sebanyak 5.000 hingga 7.000 ini, termasuk dalam kategori medium. Sebab rata-rata jumlah penduduk per kelurahan saja, ialah sebanyak tiga sampai empat ribu.

Terang Purba, angka pertumbuhan penduduk DKI sendiri saat ini sangat jauh bedanya dengan angka pertumbuhan penduduk tingkat nasional. ''Nasional 2 sampai 2,5 persen, sedangkan pertumbuhan penduduk DKI ialah 1,41 persen,'' kata dia.

Penyebab penurunan ini, kata Purba, antara lain ialah, semakin berkembangnya kota-kota satelit Jakarta, dimana industri-industri besar dan penyerapan tenaga kerja di sektor informalnya semakin meningkat. Kota-kota tersebut yaitu, Bogor, Depok, Bekasi, Tangerang, serta Tangerang Selatan.

Di kota-kota tersebut pula, harga untuk tempat tinggal lebih murah dibandingkan di Ibu Kota. ''Keluarga muda dan sekarang kawasan-kawasan elit juga banyak yang memilih lokasi di pinggiran Jakarta,'' ujar Purba. Sehingga kebutuhan akan tenaga kerja, misal pembantu rumah tangga, juga semakin meningkat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement