REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) DKI Jakarta mengimbau agar bentrokan yang terjadi di Sampang, Madura, Jawa Timur, tidak dijadikan tumbal bagi kepentingan tertentu.
Sehingga timbul pemahaman bahwa agama dan kepercayaan menjadi pemicu utama terjadinya konflik antarwarga tersebut.
"Sangat mudah menjadikan konflik agama sebagai tumbal. Atas kasus-kasus yang lebih besar dan merugikan negara, seperti korupsi. Pemerintah harus tegas menindak dalang yang mengembuskan bahwa seolah konflik agama yang terjadi," ujar Ketua HMI Jakarta Selatan, Agus Harta, Selasa (28/8).
Menurut dia, pihak keamanan dan pemerintah harusnya tanggap dalam mengawasi gesekan yang terjadi di tengah keberagaman masyarakat Indonesia. Sehingga perselisihan yang terjadi tidak menimbulkan korban jiwa.
Bentrokan di Sampang yang menewaskan dua orang, dan puluhan rumah ludes terbakar, menurut dia, menunjukkan tidak adanya koordinasi antara masyarakat, pemerintah, aparat keamanan, dan pemuka agama.
Semakin parah, ketika unsur-unsur keagamaan diembuskan sebagai latar di balik bentrokan itu. "Sepertinya gampang sekali di negara ini. Apa-apa selalu pakai tameng agama. Terutama umat Muslim," ungkap Agus.
Pemerintah, lanjut dia, harus menuntaskan tindakan kriminal yang terjadi di Sampang. Dan meningkatkan pengawasan serta pengamanan, mengingat konflik di Sampang bukan pertama kali terjadi. "Jangan sampai semakin banyak tangan-tangan kotor dengan kepentingan tertentu bermain. Sehingga mengorbankan keamanan rakyat," tegasnya.