Selasa 28 Aug 2012 20:59 WIB

Tentara Pembakar Alquran Bebas dari Tuduhan Kriminal

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Dewi Mardiani
Warga Afghanistan menggelarkan aksi demonstrasi anti-Amerika menyusul insiden pembakaran alquran di Kamp Militer Amerika Serikat.
Foto: AP/Rahmat Gul
Warga Afghanistan menggelarkan aksi demonstrasi anti-Amerika menyusul insiden pembakaran alquran di Kamp Militer Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, Enam tentara dan tiga marinir AS menerima hukuman administratif, Senin (27/8), karena membakar Alquran dan mengencingi mayat gerilyawan di Afghanistan. Mereka lolos dari tuduhan kriminal. Para tentara tersebut menerima hukuman di sebuah pangkalan AS di Afghanistan terkait pembakaran tersebut.

Detil hukuman yang dijatuhkan tidak diungkapkan, namun jenisnya dapat berupa penurunan pangkat, tugas tambahan, perampasan upah, atau bahkan pengakhiran karir militer. Berita tentang hukuman tersebut sampai di Afghanistan pada larut malam. Juru bicara presiden Afghanistan, Aimal Fauzi, mengatakan pihaknya akan meninjau keputusan tersebut.

Sebelumnya, buku-buku agama dan material bacaan Islam lainnya dilemparkan ke dalam lubang pembakaran sampah di pangkalan udara Bagram, pangkalan utama AS di utara Kabul, salah satu pangkalan terbesar AS. Para pemimpin militer AS secara luas mengutuk insiden tersebut, dan Barack Obama meminta maaf kepada Presiden Afghanistan Hamid Karzai atas kejadian tersebut.

Secara luas, pembakaran tersebut mengakibatkan kerusuhan dan pembunuhan balasan. Dua tentara AS ditembak oleh seorang tentara Afghanistan, dan dua penasihat militer AS ditembak mati di meja mereka di kementerian luar negeri. Informasi tentang pembakaran Alquran telah banyak dipublikasikan selama berbulan-bulan.