REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD---Setidaknya sembilan tentara Irak termasuk seorang kolonel tewas pada Selasa setelah para gerilyawan menembakkan roket ke konvoi tentara di utara Baghdad dan sejumlah pria bersenjata menyerang pos pemeriksaan tentara dalam gelombang serangan terhadap pasukan keamanan.
Pemberontakan di Irak telah surut sejak puncak perang empat tahun yang lalu, namun gerilyawan terkait dengan Alqaidah dan Muslim Sunni memukul Syiah dan pasukan keamanan dalam upaya melemahkan pimpinan Syiah yang memerintah negara itu.
Helikopter militer menembaki puluhan orang bersenjata yang menyerang pos pemeriksaan di sepanjang jalur utama utara Baghdad, kata para pejabat polisi dan tentara.
"Puluhan orang bersenjata menyerang pos-pos pemeriksaan militer dan polisi, dan helikopter tentara melepaskan tembakan-tembakan dengan senapan mesin pada lokasi mereka," kata seorang petugas polisi, Saif Ali, melalui telepon, dekat lokasi dari salah satu serangan.
Dua tentara lainnya tewas oleh orang-orang bersenjata yang menggunakan senjata redam di utara ibu kota, kata polisi.
Pria-pria bersenjata dalam empat kendaraan menyerang konvoi kolonel di luar ibu kota, sebelum memukul mobilnya dengan roket-granat dan senjata mesin berat, membunuh dia dan enam tentara lainnya, kata para pejabat.
Delapan bulan setelah tentara AS terakhir meninggalkan Irak, afiliasi Alqaidah telah bersumpah untuk menghidupkan kembali serangan -serangan terhadap Irak Syiah dalam upaya memicu kekerasan sektarian yang luas, yang membawa negara ke tepi perang saudara empat tahun lalu.
Pemberontak juga sering menargetkan polisi lokal dan tentara untuk menunjukkan pihak berwenang tidak mampu melindungi warga Irak, sembilan tahun setelah jatuhnya diktator Sunni Saddam Hussein.
Sementara kekerasan telah menurun tajam, gerilyawan melaksanakan setidaknya satu serangan besar. Para ahli keamanan mengatakan gerilyawan Sunni Irak telah dibuat berani oleh revolusi yang dipimpin Sunni di tetangga Suriah.