REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Pemerintah memang menjadi garda terdepan dalam menyelesaikan segala masalah yang terjadi di masyarakat. Namun ketika kerusuhan memiliki keterkaitan dengan agama, seperti yang terjadi di Sampang, Madura, maka kalangan ulama dan tokoh ormas islam juga harus mengambil peran untuk membantu pemerintah.
"Ulama dan tokoh ormas Islam harus berperan. Jangan hanya menyalahkan pemerintah," kata pengamat sosial politik dari IAIN Sumatera Utara, Ansari Yamamah di Medan, Kamis.
Ansari melanjutkan, kalangan ulama dan tokoh ormas Islam tersebut mengajak kedua pihak untuk duduk bersama dalam menyelesaikan kondisi yang mungkin dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam hal ini para tokoh ulama harus dapat mengingatkan umat Islam untuk menerima saudaranya yang menamakan dan mengelompokkan diri menjadi Syiah.
"Umat harus diberi tahu, selagi sholatnya lima waktu dan Alqurannya sama, berarti kita saudara seagama. Biarkan mereka hidup tenang dan berkembang. Kenapa harus takut bersaing dalam kebenaran," katanya.
"Tidak ada satu kelompok pun yang paling berhak mengklaim bahwa hanya mereka yang bisa memonopoli surga," kata Dosen Fakultas Syariah IAIN Sumatera Utara itu menambahkan.
Menurut dia, kalangan ulama dan tokoh ormas Islam di Indonesia harus dapat mengambil pelajaran dari konflik Sunni dan Syiah di Timur Tengah yang menimbulkan kerugian besar bagi umat Islam. Apalagi peristiwa hampir serupa juga pernah terjadi sebelumnya di akhir Desember 2011 dengan diserangnya rumah pimpinan dan mushola Syiah.
"Saya 'haqqul yakin' jika para tokoh tidak hanya sibuk urusan politik, tentu umat akan patuh dan tenang," kata Magister Islamologi dari Leiden University Belanda itu.