REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS---Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan semua pihak yang diperangi pemerintahnya belum berhasil menyuntikkan ketakutan ke dalam hatinya atau hati rakyat Suriah, dan pasukan Suriah terlibat dalam salah satu perang paling rumit.
Pernyataan Bashar itu dikeluarkan selama wawancara dengan stasiun TV pro-pemerintah, Addounia, dan ditayangkan Rabu malam (29/8). Ia kelihatan santai dan mencela desas-desus yang disebarkan oleh oposisi ke luar negeri bahwa ia telah meninggalkan ibu kota, atau melarikan diri ke luar negeri.
Ia mengatakan kepada pewawancara bahwa "saya berada di sini bersama anda di Damaskus di dalam istana republik".
Bashar mengatakan situasi di Suriah "praktis lebih baik" dan aksi militer "memerlukan waktu". Ia menambahkan pasukan keamanan dan militer melancarkan tindakan pahlawan dalam setiap pengertian di dunia.
"Kami terlibat perang regional dan global dan harus memiliki waktu lebih banyak untuk menyelesaikannya," kata Presiden Suriah itu.
Bashar juga mengatakan gerakan anti-pemerintah telah dipersenjatai sejak pekan pertama mereka melancarkan protes, ketika sejumlah personel polisi dan keamanan gugur.
Ia menyatakan pemerintahnya telah diminta secara langsung dan tegas oleh negara Barat agar menjauhi Iran, dan kalau Suriah tak mau patuh, mereka akan menggunakan apa yang disebut Arab Spring untuk mengincar negerinya.
Presiden yang sedang menghadapi protes itu mengatakan pemerintah Turki memikul tanggung jawab langsung atas pertumpahan darah di Suriah. Ia merujuk kepada peran Turki dalam mendukung aksi perlawanan bersenjata di negaranya.
Selain itu, Bashar juga mengatakan pembicaraan mengenai pemberlakuan zona penyangga di Suriah tidak realistis.