REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) baru-baru ini kembali mengejutkan Dewan Keamanan (DK)-PBB. IAEA melaporkan bahwa pemerintah Iran menggandakan kapasitas fasilitas nuklir bawah tanahnya. IAEA juga mencurigai Iran melakukan penelitian mengenai senjata nuklir di masa lalu.
Berdasarkan laporan IAEA, Iran kini memiliki sekitar 2.140 mesin sentrifugal untuk pengayaan uraniumnya di wilayah Fordo, meningkat dibandingkan bulan Mei lalu dimana negara yang dipimpin Mahmoud Ahmadinejad itu hanya memiliki 1.064 mesin saja.
Meskipun demikian IAEA belum bisa memberikan kepastian mengenai aktivitas tersebut sehingga badan tersebut menyimpulkan seluruh material nuklir tersebut diperuntukkan untuk kegiatan damai.
Temuan tersebut mengejutkan DK-PBB yang saat ini sedang membahas sanksi dan resolusi terkait tindakan militer Iran kepada Israel. Sejumlah resolusi DK-PBB telah meminta Iran menghentikan pengayaan tersebut karena uranium yang diperkaya bisa dipakai untuk senjata nuklir, meskipun bisa juga digunakan untuk tujuan damai.
Dalam pertemuan Gerakan Non-Blok (GNB) di Teheran, Kamis (30/8) lalu, pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, menegaskan negaranya tidak pernah berusaha membuat senjata nuklir dan tidak akan berhenti membuat energi nuklir damai.
Jumlah mesin sentrifugal yang dioperasikan sejauh ini masih sekitar 700 mesin. Sementara itu jumlah produksi bulananan tidak berubah pada jumlah 15 kilogram dari 20 persen uranium per bulan.