REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Khawather Ahmed, 25 tahun, warga Dar-el-Salam mengatakan belakangan sudah menjadi kebiasaan warga setempat mengumpulkan sampah, khususnya besi tua. Para pemulung sampah atau disebut Nabasheen itu mengais-ngais sampah untuk mendapatkan besi supaya bisa dijual kembali.
Hal itu terjadi ketika sampah warga tidak lagi diangkut oleh petugas sampah di sana. Akibatnya, sampah dibiarkan menumpuk. "Jadi, sebutan Dar-el-Salam sebagai rumah perdamaiannya mungkin sudah menghilang," papar dia seperti dikutip alarabiya.net, Senin (3/6).
Ahli pengelolaan Limbah, Laila Iskanda mengaku pihaknya telah merancang sistem pengelolaan limbah berkelanjutan. Rancangan ini memang mengedepankan mata rantai. "Tidak ada yang terpikir soal ini," kata dia.
Di lingkungan rumahnya, Ahmed mengunkap para warga sudah terbiasa melihat pemulung mencari sampah lalu mengumpulkan hasil temuan mereka. Bahkan, sudah banyak anak-anak kecil yang ambil bagian dalam pencarian sampah itu.
Waleed el-Senoussi, manajer kampanye "Clean Homeland" dalam sesi wawancara mengungkap, sudah ada solusi masalah itu dengan kemungkinan menggunakan teknologi yang lebih canggih. "Strategi besarnya adalah mengubah sampah dari beban menjadi produk yang memiliki nilai jual. Tidak masuk akal apabila solusinya hanya menerapkan sistem sebelumnya," kata dia.
Akan tetapi solusi itu dikhawatirkan akan mematikan sistem tradisional yang telah membersihkan Kairo dari sampah. Zabbaleen, petugas kebersihan merupakan pihak yang paling terancam dengan kebijakan itu. Dalam sehari, 150 ribu petugas kebersihan informal ini pergi dari pintu ke pintu untuk mengumpulkan sampah, lalu mereka kumpulkan dalam satu tempat. Mereka pilah sampah itu, untuk sampah organik mereka manfaatkan untuk makanan babi.
Efisiensi sistem tradisional ini sangat signifikan. Mereka mampu menghasilkan uang sebesar 150 juta dolar AS selama 40 tahun terakhir. Sejauh ini, Zabbaleen telah beroperasi di Kairo dan Iskandariyah. "Sistem ini memberikan lapangan pekerjaan bagi warga Kairo dan Mesir," ungkap Iskandar.