Senin 03 Sep 2012 11:54 WIB

Jessica : "Lantunan Adzan dan Ayat Alquran Diam-diam Mengisi Hatiku"

Rep: Agung Sasongko/ Red: Dewi Mardiani
Jessica yang tak ragu lagi berikrar menjadi mualaf di Dubai.
Foto: onislam.net
Jessica yang tak ragu lagi berikrar menjadi mualaf di Dubai.

REPUBLIKA.CO.ID, Jessica kecil sudah tidak asing mendengar kata Islam dan Muslim. Sebab, ia besar dalam lingkungan dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Dari lingkungan itu, dasar pandangan Jessica tentang Islam dan Muslim terbentuk.

Jessica memiliki pandangan positif terhadap Islam dan Muslim. Ia tak sungkan memuji gaya hidup muslim yang dinilainya menakjubkan. Pandangan itu juga didukung dengan cara keluarganya mendidik Jessica, kakak dan adiknya untuk menghargai keberagaman di dunia. "Keluarga kami menghabiskan sebagian besar berpindah dari satu negara ke negara lainnya," kata dia seperti dilansir onislam.net.

Begitu banyak manfaat yang didapat Jessica ketika berulang kali berpindah tempat, salah satunya ia dapat mempelajari budaya dan sejarah banyak negara. Baginya, kedua hal tersebut sangat menyenangkan.

Tahun 1980, keluarganya pindah ke Riyadh, Arab Saudi. Ayahnya adalah seorang ahli bedah onkologi. Ia bekerja di Rumah Sakit Raja Feisal. Lebih dari tiga setengah tahun, Jessica menetap di Arab Saudi.

Tak jauh dari rumahnya, ada empat masjid berdiri. Setiap hari, Jessica mendengar adzan. Jessica tanpa sadar mulai menikmati suara adzan dan ayat-ayat Alquran. Meski sebenarnya ia tidak tahu apa arti bahasa yang digunakan. "Suara adzan dan ayat suci Alquran diam-diam mengisi hatiku," kata dia,.

Dari isi hatinya itu, ia tergerak untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia ucapkan ikrar itu ketika berada di Dubai. Di negara teluk tersebut, Jessica belajar Alquran setiap hari. Ia juga baca literatur Islam. Rutinitas itu kian memantapkan pilihannya untuk memeluk Islam.

Ia merasakan hidupnya tidak lagi kosong. Bagian yang hilang telah ditemukan. Sebagai ilmuwan, memiliki iman memudahkannya menemukan jawaban akan hakikat kehidupan. Hadirnya Islam dalam hatinya, membuatnya tak ragu berbagi ilmu dan cinta kepada sesama.

Saat ini, Ia tidak merasa puas dengan apa yang didapatnya. Keinginan mendalami Islam terus ia jaga. Seperti halnya mualaf lain, ada dorongan kuat untuk menjadi muslim yang kaffah. "Ini adalah pengalaman luar biasa. Allah secara menakjukan begitu dekat dengan kita. Ia tahu apa yang dibutuhkan umat-Nya," kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement