REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL--Enam bulan sejak Korea Selatan resmi meminta izin Amerika Serikat untuk memproses ulang batang uraniumnya, Washington belum memberi respons.
Korsel, Februari lalu, mengirim amplop bersegel kepada penasihat khusus Kementrian Luar Negeri AS, Robert Einhorn, di bidang kontrol senjata dan nonproliferation. Seoul menginginkan pembicaran untuk memperbarui pakta energi nuklir bilateral yang kedaluwarsa pada 2014.
Seoul dan Washington meneken perjanjian pada 1974 dengan rincian teknologi nuklir Korsel dapat digunakan untuk tujuan kemanusiaan dan sipil. Perjanjian bilateral itu membantu Korsel sejauh ini mengembangkan teknologi nuklirnya, namun ia juga sandungan bagi negara gingseng karena ada pasal larangan untuk memproses sendiri batang uranium di dalam negeri..
Seoul yang juga ingin melakukan pengayaan uranium untuk pembangkit listrik merasa berhak memiliki batang uranium sendiri. Sementara Washington cemas Korea bisa mendapat materi untuk memproduksi senjata nuklir bila dibolehkan memperkaya uranium dan memproses ulang batang uranium yang telah digunakan. Situasi itu dipandang preseden buruk di AS yang berupaya keras dalam profilerasi.
Alasan itu pula AS hanya setuju mengadakan riset bersama Korsel dalam proses ulang batang uranium yang telah digunakan lewat metode dikenal piroprosesing. yang tak memproduksi plutonium dalam level senjata.
Korea saat ini memiliki 22 pembangkit nuklir, menjadikan sebagai negara di urutan kelima dengan fasilitas energi nuklir terbesar dunia. Negara itu mengandalkan tenaga nuklir untuk memproduksi 35 persen kebutuhan energi nasional.
Alasan utama Seoul ingin memproses uang sejumlah besar batang-batang uranium yang telah digunakan karena mulai pusing mencari tempat menyimpan produk buangan berkadar racun tinggi.
Batang nuklir yang telah digunakan ditangani dalam tiga tahap yakni penyimpanan sementara, penyimpanan intermediasi dan pembuangan permanen. Dalam pakta energi nuklir AS-Korsel saat ini, Seoul masih menyimpang semua batang uranium yang telah terpakai dalam fasilitas penyimpanan sementara yang dikhawatirkan hampir mencapai kapasitas. PLTN Gori misal, fasilitas tersebut diprediksi mencapai kapasitas simpan maksimal pada 2016.
Masalah lain, sejak Korsel dilarang memperkaya uranium, negara itu harus menghabiskan 1,027 triliunan dolar AS untuk membeli sekitar 4.500 ton yellow cake--material mentah bagi pengayaan nuklir kualitas tinggi--dari luar negeri dan membayar negara lain untuk memperkaya uranium.
Another problem is that since Korea is prohibited from enriching uranium, it has to spend W900 billion (US$1=W1,141) every year to purchase around 4.500 tons of yellow cake from abroad and pays other countries to enrich uranium. Yellow cake is the seed material for higher-grade nuclear enrichment.