REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Mabes Polri Komisaris Besar Polisi Agus Rianto menegaskan penembakan yang terjadi di Solo pertama kali dilepaskan oleh salah satu terduga teroris Farhan.
"Menurut informasi petugas di lapangan yang menembak terlebih dulu adalah Farhan," ujar Agus kepada Republika di Mabes Polri, Senin (3/9).
Tembakan Farhan kemudian mengenai bagian perut salah satu anggota Densus 88 Antiteror Briptu Suherman. Melihat hal tersebut anggota Densus lain melepaskan tembakan untuk melumpuhkan Farhan dan kawannya Mukhsin. Sebelum menembak, Suherman terlibat pergumulan dengan Farhan.
Baku tembak terjadi antara dua orang pelaku teror dengan anggota satuan tugas khusus antiteror Densus 88 di samping pusat perbelanjaan Lottemart di Jalan Veteran, Tipes, Surakarta sekitar pukul 21.30. Terduga teroris Farhan dan Mukhsin tewas tertembak di tempat kejadian. Anggota Densus 88 Antiteror Briptu Suherman juga gugur dalam menjalankan tugas. Suherman meninggal dunia sesampainya di rumah sakit. Ia dimakamkan di Pinrang, Sulawesi Selatan.
Satu orang terduga teroris berhasil diamankan petugas. Bayu Setiono kini menjalani pemeriksaan intensif di Jawa Tengah terkait aksi-aksi teror yang terjadi di Solo sepanjang Agustus 2012.
Barang bukti yang disita polisi adalah satu pucuk pistol pietro bareta buatan Italia yang bertuliskan PNP Property Philipines National Police, tiga buah magazin, 43 peluru kaliber sembilan milimeter Luger dan sembilan holopoint CBC. Jenazah kedua terduga teroris yang pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren Ngruki tersebut sudah dilakukan pemeriksaan DNA di RS Polri, Kramat Jati.
Polisi juga sudah mengambil sampel dari keluarga Farhan untuk proses identifikasi. Menurut Agus, perlu waktu dua hingga tiga hari untuk melihat keidentikan profil DNA milik korban dengan keluarga.