Senin 03 Sep 2012 21:04 WIB

Ingin Lebih Terlibat, Muslim Amerika Utara Tuntut Persamaan Hak

Rep: Muhammad Gufron/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Konvensi tahunan Komunitas Muslim Amerika Utara digelar pada Ahad (2/9/2012) lalu di Washington
Foto: Onislam
Konvensi tahunan Komunitas Muslim Amerika Utara digelar pada Ahad (2/9/2012) lalu di Washington

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Puluhan ribu umat Islam dari sejumlah wilayah di Amerika Serikat berkumpul di Washington, Ahad kemarin (2/9). Pertemuan itu menekankan pentingnya hubungan harmonis antaragama, sekaligus perayaan hari jadi ke-49 konvensi Komunitas Muslim di Amerika Utara (ISNA).

"Komunitas Muslim di Amerika Utara sangat berkembang. Jumlahnya mungkin lebih besar dibanding wilayah-wilayah lain di dunia," kata Duta Besar Pakistan, Serry Rehman disitus Onislam, Senin (3/9). Pertemuan itu, ungkapnya, sekaligus membahas hak-hak sipil umat Islam yang ada dan tinggal di Amerika Utara.

"Mereka mengubah stereotipe negatif dengan antusiasme sebagai warga negara di Amerika Utara untuk berpartisipasi baik di bidang ekonomi, politik dan sosial," ujarnya.

Mengusung tema 'Satu Bangsa Dibawah Tuhan: Mencapai Kebaikan Bersama" konvensi tahunan itu didatangi oleh ribuan Muslim dari Amerika Utara dan penjuru dunia.

Konvensi yang digelar dekat dengan pemilu Presiden AS pada Novemberi nanti, fokus terhadap keterlibatan sipil warga Muslim untuk memberdayakan peran dan suara mereka pada pemilu. Para pembicara juga menggarisbawahi pentingnya mempromosikan harmoni antarkeyakinan.

Islam, menurut Rehmen, memiliki pemeluk dari berbagai ras, etnis, bangsa setiap penduduk benua dunia. Diplomat itu juga menekankan bahwa Amerika Utara ialah contoh nyata jangkauan Islam di dunia internasional, sekaligus kompleksitas dan kemajemukan.

Beberapa kalangan pemuka agama di luar muslim juga menyetujui tema dan gagasan konvensi, seperti Rabbi David Saperstein dari Uni Reformasi Yudaisme, Kardinal Theodore McCarrick dari Konferensi Uskup Katolik dan Pendeta Jim Wallis, hingga Asisten Jaksa AS, Perez.

Tokoh-tokoh tersebut dan juga anggota Kongres AS muslim, Keith Ellison mendesak pemerintah harus  mengatasi masalah seperti kemiskinan, diskriminasi, dan pelanggaran HAM menjadi perhatian bersama yang berbasis agama.

Perez mengakui, diskriminasi terhadap Muslim menjadi topik keprihatinan besar yang mendominasi pascainsiden WTC 11 September. "Orang tak boleh dipaksa untuk memilih antara pekerjaan dan keyakinan, tapi itu yang terjad," ujarnya seraya menambahkan diskriminasi di tempat kerja bagi karyawan Muslim masih sangat besar.

Begitu pula di sekolah, pemerintah terus berupaya keras memerangi aksi bullying yang ditujukan kepada siswa Muslim. Ia juga menyoroti kecemasan warga Muslim terkait penyerangan dan pembakaran di sejumlah masjid di AS. "Banyak masalah besar dan Departemen Hukum dan Keadilan terus berupaya mengatasi persoalan tersebut," ujarnya.

sumber : Onislam
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement