REPUBLIKA.CO.ID, Ketulusannya tampak dari keberaniaan untuk tetap melaksanakan kurban.
Walaupun iblis selalu berusaha menggodanya, Ibrahim tetap kukuh melaksanakan mimpi yang diyakini sebagai perintah dari Allah. Karena itulah, di saat setan menggodanya, Ibrahim melempari setan dengan batu.
Begitu pula ketika setan menggoda Ismail, ia pun melempar baru. Setan kemudian menggoda Siti Hajar, ia juga dilempari batu. Ketiganya (Ibrahim, Ismail, dan Siti Hajar) secara bersama-sama melempari mereka dengan batu.
Prosesi pelemparan batu kepada setan ini kemudian menjadi syariat perintah melempar jumrah bagi jamaah haji. Menyaksikan peristiwa yang mengharukan itu malaikat Jibril kagum seraya mengucapkan takbir sehingga sekarang takbiran itu menjadi tradisi.
Kurban zaman Rasulullah SAW
Nabi Muhammad SAW melakukan kurban pada saat melaksanakan Haji Wada di Mina. Kala itu Rasul SAW menyembelih 100 ekor unta, 63 ekor di sembelih dengan tangannya sendiri dan sisanya disembelih oleh Ali bin Abu Thalib. Keseluruhan hewan kurban tersebut disembelih setelah shalat Idul Adha dilaksanakan. (QS. Al-Hajj [22]: 36).
Dalam surah Al-Hajj [22] ayat 36 tersebut dijelaskan tentang jenis hewan yang dijadikan kurban, tujuan dari berkurban, cara menyembelih hewan kurban, waktu memakan daging kurban, dan orang-orang yang dapat memakan daging kurban. Berdasarkan contoh Rasulullah SAW inilah umat Islam melaksanakan ibadah kurban.
Di zaman pra-Islam, praktik kurban juga pernah dilakukan Abdul Muthalib (kakek Rasul SAW) ketika harus untuk mengurbankan Abdullah (ayah Rasul SAW) saat menggali sumur zamzam untuk kebutuhan penduduk Makkah.
Ketika itu, Abdul Muthalib bernazar, bila anaknya sebanyak 10 orang, salah satu di antaranya akan dijadikan kurban atau persembahan. Namun, karena sayangnya kepada Abdullah, Abdul Muthalib melakukan pengundian hingga 10 kali, dan akhirnya tertulis nama Abdullah. Wallahu a’lam.