REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Polri, Jenderal Timur Pradopo, membenarkan adanya penangkapan teroris di Depok, Jawa Barat, pada Rabu (5/9) pagi sekitar pukul 05.30 WIB, tepatnya di Jalan Raya Kalimulya ,Perumahan Anyelir 2 blok F2, Depok. Ia mengatakan penangkapan itu merupakan hasil pengembangan dari teroris di Solo. Aparat pun meringkus tersangka berinisial F.
"Betul, tadi pagi kurang lebih pukul 06.30 WIB. Sekaligus berhasil ditangkap tersangka F yang juga bagian dari dinamika di Solo," katanya saat ditemui di Bandara Halim Perdanakusumah usai mengantar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertolak ke Mongolia dan Rusia.
Ia mengatakan, peran dan barang bukti masih dikumpulkan dan diproses. Namun, Kapolri menegaskan adanya keterkaitan teroris antara kedua kota tersebut. Saat penangkapan pun tidak ada korban jiwa baik dari teroris, aparat, ataupun masyarakat sipil.
"Semua berkaitan dengan yang di Solo. Dari tiga kejadian mulai dari yang ada di pos pengamanan lebaran termasuk yang korban meninggal dunia di salah satu pos polisi di Solo," katanya.
Pengembangan Solo ini berkaitan dengan tiga teroris yang dilumpuhkan aparat. Dari tiga teroris itu, satu dia ntaranya masih hidup dan dimintai keterangan. Dari situlah, muncul inisial F yang berhasil ditangkap aparat di Depok.
Untuk diketahui juga, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Arsyad Mbai sempat menyatakan teroris-teroris itu sebenarnya mengincar tiga kota, yakni Jakarta, Solo, dan Poso.