REPUBLIKA.CO.ID, PBB - Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon Selasa (5/9) mengimbau negara-negara anggota PBB untuk bersatu dan memberikan dukungan kuat kepada Wakil Khusus Bersama baru PBB dan Liga Arab untuk krisis Suriah, Lakhdar Brahimi.
Brahimi, diplomat senior Aljazair ditunjuk mengambil alih misi sulit dan penting di tengah makin intensifnya konflik yang tidak menunjukkan ada tanda-tanda mereda. Ia menggantikan Kofi Annan yang mengundurkan diri karena kurangnya dukungan internasional terhadap prakarsa enam pasalnya.
Lebih dari 18.000 orang, sebagian besar warga sipil, telah tewas sejak pemberontakan terhadap Presiden Bashar al-Assad dimulai hampir 18 bulan lalu.
Di tengah laporan-laporan meningkatnya kekerasan dalam beberapa pekan terakhir di banyak kota dan desa, serta dua kota terbesar negara, Damaskus dan Aleppo, badan-badan PBB kini memperkirakan bahwa sekitar 2,5 juta Suriah sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan, kata layanan berita PBB.
"Semakin lama berlangsung, semakin sulit untuk mengatasi. Semakin sulit untuk menemukan solusi politik. Semakin menantang untuk membangun kembali negara dan ekonomi," kata Ban dalam pertemuan Majelis Umum. "Ini adalah konteks di mana Brahimi mengambil tugas-tugasnya," katanya.
"Saya berterima kasih padanya untuk mengambil tugas ini. Itu menakutkan tapi bukannya tidak dapat diatasi."
"Untuk berhasil, ia membutuhkan Anda bersatu dan dukungan yang efektif untuk membantu para pihak yang bertikai menyadari bahwa solusi tidak akan datang melalui senjata, tetapi melalui dialog yang menghormati hak-hak universal dan kebebasan dari semua orang Suriah."
"Menyelesaikan krisis ini tidak pernah akan mudah. Tetapi itu telah menjadi lebih kompleks dengan setiap bulan berlalu," kata Ban mencatat.
Sementara itu ia juga menunjukkan bahwa situasi kemanusiaan yang mencekam dan memburuk baik di Suriah maupun di tetangga yang terkena dampak krisis.
Konflik pada gilirannya menjadi sangat brutal, katanya menambahkan, dengan pasukan Suriah terus melakukan penembakan secara sembarangan terhadap daerah-daerah padat penduduk dengan senjata berat, tank-tank dan kekuatan udara, sedangkan kelompok oposisi telah meningkatkan kegiatan militer mereka.