Rabu 05 Sep 2012 15:57 WIB

Relokasi Pengungsi Sampang, Pemerintah Serahkan Pada Masyarakat

Rep: M Akbar Wijaya/ Red: Hazliansyah
  Personel Brimob mengawal sejumlah perempuan dan anak-anak, ketika berlangsungnya evakuasi dari tempat persembunyian mereka, di Desa Karanggayam dan Desa Bluuran, Sampang, Jatim, Senin (27/8). (Saiful Bahri/Antara)
Personel Brimob mengawal sejumlah perempuan dan anak-anak, ketika berlangsungnya evakuasi dari tempat persembunyian mereka, di Desa Karanggayam dan Desa Bluuran, Sampang, Jatim, Senin (27/8). (Saiful Bahri/Antara)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) RI menyerahkan sepenuhnya opsi relokasi bagi pengungsi konflik di Sampang Madura ke masyarakat. Menteri Agama, Suryadharma Ali kepada wartawan mengatakan, penyerahan opsi itu bertujuan agar tidak terjadi salah paham antara masyarakat dengan pemerintah.

Pemerintah, jelas Suryadharma, sama sekali tidak berniat memindahkan warga yang berkonflik dari tempat tinggal mereka. "Opsinya sepenuhnya kembali kepada warga. Prinsip dasarnya pilihan mereka," kata Suryadarma Ali, Rabu (5/9), di Kompleks MPR/DPR, Senayan Jakarta.

Ia melanjutkan, saat mengunjungi Sampang pada 27 Agustus lalu, dirinya sudah bertemu dengan ibu dari Tajul Muluk dan Rois (keduanya pimpinan warga yang bertikai), Umah. Dalam pertemuan itu, Ibu Umah menyampaikan keinginannya untuk pindah ke tempat aman.

"Informasi ini saya sampaikan kepada Gubernur. Sekarang sedang melakukan pencermatan apakah pernyataan (umah) itu sungguh-sungguh atau masih ragu-ragu. Kalau sungguh-sungguh pemerintah akan ambil langkah," papar Suryadarma.

Selain relokasi, ada pula wacana untuk mengembalikan para pengungsi ke tempat tinggal mereka semula. Wacana ini menurut Suryadarma lebih mudah direalisasikan. Namun perlu juga diperhatikan bagaimana perasaan para pengungsi.

"Apakah kalau kembali keamanan dapat terjamin atau tidak? Kejadian itu akan terulang kembali atau tidak?," ujarnya.

Kedepan, terangnya, pemerintah akan membangun dialog antara tokoh-tokoh masyarakat dan pemuka agama di Sampang, Madura. Ini dilakukan untuk mendapatkan solusi terbaik penyelesaian konflik.

Saat ini, lanjut Suryadharma, pemerintah memprioritaskan pemulihan keamanan dan rasa aman kepada pengungsi yang dilakukan secara terintegrasi di bawah pemerintah daerah. Selain itu pemerintah juga memperhatikan aspek-aspek kemanusiaan para pengungsi.

"Misalnya tempat tidur, makan minum, kesehatan, pendidikan anak-anak. Di sana dokter disiapkan," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement