REPUBLIKA.CO.ID, PBB - Konflik Suriah semakin brutal dengan negara lain mempersenjatai kedua pihak, memperluas kesengsaraan dan menimbulkan konsekuensi tidak dikehendaki, sementara pertempuran meningkat dan meluas, kata Sekjen PBB Ban Ki-moon pada Selasa (4/9).
Pejabat PBB dan Barat menuduh Iran memasok senjata ke pasukan pro-pemerintah, sementara Damaskus menuduh Qatar dan Arab Saudi mempersenjatai pemberontak, yang bertujuan menggulingkan Presiden Bashar al-Assad.
"Konflik menjadi semakin brutal," kata Ban dalam sidang Majelis Umum PBB tentang konflik 17 bulan itu. "Militerisasi yang terus berlangsung dalam koflik itu menimbulkan bahaya besar dan sangat tragis."
"Mereka yang memberikan senjata kepada pihak lainnya hanya menambah kesengsaraan lebih jauh-- dan risiko akan konsekuesi yang tidak dikehendaki sementara pertempuran meningkat dan meluas," katanya.
Satu tim ahli yang independen Dewan Keamanan PBB yang memantau sanksi-sanksi terhaap Iran mengungkapkan beberapa contoh bahwa Iran mengirim senjata-senjata kepada pemerintah Suriah. Amerika Serikat dan Inggris mengatakan mereka memberikan bantuan non-perang kepada pemberontak Suriah seperti peralatan komunikasi tetapi tidak senjata.
"Konflik itu meningkat," kata Ban. Semakin lama berlangsung, akan semakin sulit diatasi. Semakin sulit diatasi akan semakin sulit mencari satu penyelesaian polltik. Tantangan semakin berat adalah membangun kembali negara dan ekonomi."
Majelis Umum PBB yang beranggotakan 193 negara bulan lalu dengan suara bulat menyetujui stu resolusi tidak mengikat, yang menyatakan "sangat prihatin" atas peningkatan aksi kekerasan di Suriah dan mengecam Dwan Keamanan PBB karena gagal melakukan tindakan keras.