REPUBLIKA.CO.ID, Banten dikenal sebagai salah satu wilayah yang sangat kental dengan nuansa keislaman. Bahkan, salah satu tokoh utama dan banyak menghasilkan karya klasik juga berasal dari wilayah Banten.
Yakni, Syekh Nawawi bin Umar Al-Jawi Al-Bantani. Karya-karya Syekh Nawawi Al-Bantani telah menyebar hingga berbagai negara, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, India, dan Thailand.
Namun demikian, sejarah perkembangan dan penyebaran Islam, juga tak lepas dari pengaruh Kesultanan Banten. Berkat peran serta mereka pula, Islam menjadi mayoritas di Provinsi Banten.
Salah satu tokoh besar dan berperan penting dalam penyebaran Islam di Banten adalah Sultan Maulana Hasanuddin. Penguasa Muslim ini lahir pada 1479 di Cirebon. Ia merupakan pendiri Kesultanan Banten sekaligus menjadi penguasa pertama di kerajaan Islam tersebut.
Ayahnya, Syarif Hidayatullah, adalah salah seorang dari sembilan wali (Walisongo) penyebar Islam di tanah Jawa, yang terkenal dengan gelar Sunan Gunung Jati.
Hasanuddin merupakan anak kedua dari Syarif Hidayatullah dengan Nyi Kaung Anten, putri penguasa Kaung Anten, Banten, Prabu Surasowan. Ketika Prabu Surasowan wafat, kekuasaannya diwariskan kepada putranya, yakni Arya Surajaya.
Pada masa pemerintahan Arya Surajaya, Syarif Hidayatullah sudah kembali ke Cirebon yang kemudian menjadi Sultan Cirebon. Sedangkan Hasanuddin lebih memilih menjadi guru agama Islam di Banten.
Hasanuddin pun dikenal memiliki banyak santri di beberapa wilayah Banten. Karena ketokohannya kemudian masyarakat menyebutnya Maulana Hasanuddin.
Setelah menginjak dewasa, Hasanuddin ditugaskan untuk menggantikan posisi sang ayah untuk menyebarkan Islam di Banten menyusul penunjukan Syarif Hidayatullah sebagai tumenggung di Cirebon oleh penguasa Kesultanan Demak.