REPUBLIKA.CO.ID, Lalu Rasulullah meminta izin, “Bolehkah aku memerah air susunya?”
Ummu Ma’bad menjawab, “Jika engkau merasa bisa memerahnya, maka silakan lakukan!''
Nabi Muhammad SAW pun mengambil kambing tersebut dan tangannya mengusap kantong susunya dengan menyebut nama Allah dan mendo’akan Ummu Ma’bad pada kambingnya tersebut.
Tiba-tiba kambing itu membuka kedua kakinya dan keluarlah air susu dengan derasnya. Kemudian Rasulullah meminta sebuah wadah yang besar lalu beliau memerasnya sehingga penuh.
Beliau memberi minum kepada Ummu Ma’bad hingga ia puas, lalu beliau memberi minum rombongannya hingga mereka pun puas.
Setelah itu beliau pun minum. Beliau kemudian memerah susu untuk kedua kalinya hingga wadah tersebut kembali penuh, lalu susu itu ditinggalkan di tempat Ummu Ma’bad dan beliau pun membaiatnya. Setelah itu rombongan pun berlalu.
Tak lama, datanglah suami Ummu Ma’bad dengan menggiring kambing yang kurus kering, berjalan sempoyongan karena lemahnya.
Setelah melihat susu, ia bertanya keheranan, “Darimana air susu ini, wahai Ummu Ma’bad? Padahal kambing ini sudah lama tidak hamil dan kita pun tidak memiliki persediaan susu di rumah?”
Ummu Ma’bad menjawab, “Demi Allah, bukan karena itu semua. Sesungguhnya seseorang yang penuh berkah telah melewati (rumah kita), sifatnya begini dan begitu.”
Abu Ma’bad berkata, “Ceritakanlah kepadaku tentangnya, wahai Ummu Ma’bad.”
Ummu Ma’bad bertutur, “Aku melihat seorang yang tawadhu (rendah hati). Wajahnya bersinar berkilauan, baik budi pekertinya, dengan badannya yang tegap, indah dengan bentuk kepala yang pas sesuai bentuk tubuhnya.”