REPUBLIKA.CO.ID, Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap pengetahuan keislaman, Sultan Maulana Hasanuddin mengirim sejumlah mubaligh ke berbagai daerah yang dikuasainya.
Bahkan, banyak orang dari luar daerah yang sengaja datang untuk belajar agama Islam di Banten, sehingga berdirilah beberapa perguruan Islam, seperti di Kasunyatan.
Di tempat ini, Maulana Hasanuddin juga mendirikan bangunan Masjid Kasunyatan yang umurnya lebih tua dari Masjid Agung Banten.
Sementara untuk menjaga keamanan kota dari serangan musuh, baik dari darat maupun laut, Maulana Hasanuddin membentengi seluruh kota dengan potongan-potongan kayu besar yang kemudian diganti dengan tembok tebal dari batu karang.
Setiap sudut dilengkapi dengan meriam. Demikian juga di sekeliling istana dibuat benteng yang dibuat dari tembok batas setebal tujuh telapak tangan.
Di samping itu, ia juga mengadakan kerja sama dengan ayahnya membentuk pasukan pertahanan kuat dan besar, sehingga ketika terjadi serangan Demak ke Pasuruan, Banten mengirimkan tujuh ribu tentara kerajaan lengkap dengan persenjataannya. Kerjasama itu diperluas ke bidang ekonomi dan politik.
Sultan Maulana Hasanuddin wafat pada 1570, dalam usia 91 tahun. Setelah mangkat ia diberi gelar 'Marhum Sabakingking'. Jasadnya dimakamkan dekat Masjid Agung Banten.
Berbagai usaha yang telah dirintis oleh Sultan Maulana Hasanuddin dalam menyebarluaskan Islam dan membangun Kesultanan Banten kemudian dilanjutkan oleh para keturunannya.