REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) H Alex Noerdin mengajak pemprov se-Indonesia memproduksi film cerita yang berkualitas dengan mengambil latar belakang budaya setempat, sehingga film dalam negeri menjadi tuan rumah di negeri sendiri serta ajang promisi wisata masing-masing daerah.
"Pemprov Sumsel pada 2011 telah membuat film cerita Pengejar Angin, terbukti mampau bersaing dengan film cerita produksi dalam negeri dan film asing," kata Alex dalam acara silaturahmi dengan seniman, budayawan dan pendukung film terbaru "Gending Sriwijaya" di Griya Agung, Palembang, semalam.
Menurut Alex, jika ada 25 pemprov dari 33 pemprov se-Indonesia, mampu memproduksi satu film cerita per tahun, berarti Indonesia akan memiliki 25 judul film cerita yang berkualitas, sehingga mampu bersaing dengan film asing seperti dari India, China dan Amerika.
"Adanya film cerita dalam negeri yang berkualitas akan menjadikan masyarakat Indonesia bangga akan produksinya, sebagai media mendukung pembentukan karaktera bangsa serta sebagai ajang promosi wisata atas keistimewaan di masing-masing provinsi," katanya.
Pada kesempatan itu, Alex Noerdin mengatakan, saat mengumumupkan rencana pembuatan film "Pengejar Angin" pada awal 2011 tersebut banyak kalangan yang menganggap pembuatan film itu hanya menghambur-hamburkan uang.
Gubernur yang berasal dari Partai golkar itu maju terus denagn tekad yang kuat bahwa film daerah itu dibuat berkualitas, sehingga pembuatan film Pengejar Angin yang bekerjasama sutradara terkenal Hanung Bramantyo, mendapat sambutan baik masyarakat Indonesia atas film tersebut.
"Jadi ini bukan film main-main. Dan sebentar lagi balik modal. Mudah-mudahan. Mari kita doakan pembuatan Film kedua Gending Sriwijaya nantinya sukses," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Hanung Bramantyo mengatakan, "Pada awalnya ini hanya dianggap sebagai proyek pemerintah. Kami dianggap artis seniman yang memanfatkan proyek daerah. Banyak sekali kritik, cemoohan kepada kami".
Film Pengejar Angin diproduksi Pemerintah Sumatera Selatan bekerja sama dengan Putar Production. Film itu menceritakan perjuangan Dapunta, seorang anak Lahat, Sumatera Selatan, dalam meraih cita-cita. Dapunta dikenal sebagai tokoh legendaris masyarakat Sumatera Selatan yang dipercaya sebagai pendiri kerajaan Sriwijaya.
Meski film daerah, film yang memadukan pemain nasional dan aktor lokal ini berhasil menyabet beragam penghargaan. Mathias Muchus berhasil meraih Pendukung Pria Terbaik dalam ajang Festival Film Indonesia 2011. Dalam film itu, Mathias Muchus berperan sebagai bajing loncat atau perampok besar yang juga ayah Dapunta, yang menghalangi-halangi anaknya untuk meraih cita-cita karena menginginkan anaknya untuk jadi penerusnya.
Sementara dalam Festival Film Bandung 2012, Qausar Harta Yudana dan Ben Sihombing, berhasil menyabet masing-masing sebagai Pemeran Utama Pria Terpuji dan Penulis Skenario Terpuji.
Hanung menegaskan, jarang sekali ada film daerah yang mendapat sambutan baik di film Indonesia. Karena itu, dia menyatakan bersyukur atas kesuksesan dan penghargaan yang diterima.
"Kami buktikan film adalah film. Film adalah sebuah kebudayaan untuk menunjukkan siapa diri, siapa sosok Dapunta. Saat ini anak-anak Indonesia lebih mengenal Bob Marley. Tapi mereka tidak mengenal Dapunta, Sriwijaya dan tokoh-tokoh Indonesia lainnya," ujarnya.