REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (6/9) menilai kasus pendiri WikiLeaks Julian Assange bernuansa politik dan menuduh Inggris menerapkan standar ganda atas perintah ekstradisinya ke Swedia terkait kasus kejahatan seksual.
Assange saat ini bersembunyi di Kedutaan Besar Ekuador di London dalam upaya menghindari penangkapan dan ekstradisi ke Swedia karena takut diekstradisi ke Amerika Serikat untuk menghadapi tuduhan pengkhianatan.
"Mereka (pengadilan Inggris) memutuskan untuk mengekstradisi dia. Apa ini? Tentu saja ini standar ganda, sangat jelas," kata Putin kepada media pemerintah berbahasa Inggris, Russia Today. Transkrip wawancara itu kemudian dibagikan oleh Kremlin.
"Sejauh yang saya tahu, Ekuador meminta Swedia untuk menjamin bahwa Assange tidak akan diekstradisi dari Swedia ke Amerika Serikat. Ia tidak menerima seperti jaminan itu." "Tentu saja hal ini menyebabkan orang berpikir bahwa ini adalah kasus politik," kata Putin.
Putin menambahkan, "Kami selalu diberitahu tentang kemerdekaan sistem peradilan di Inggris - bahwa mereka memutuskan permasalahan sendiri dan tak seorang pun dapat mempengaruhinya."
Kabel diplomatik Amerika Serikat yang dirilis oleh Wikileaks pada akhir tahun 2010 memberikan ketidaknyamanan tersendiri bagi para pejabat Rusia, terutama deskripsi atas negara Russia sebagai "negara mafia".
Namun media pemerintah Rusia telah menyambut hangat Assange sebagai pemikiran alternatif-anti-Barat dan Russia Today awal tahun ini menyiarkan serangkaian rekaman wawancara Assange dengan tokoh-tokoh dunia yang kontroversial.
Mereka antara lain termasuk pemimpin kelompok milisi syiah Libanon Hezbollah Hassan Nasrallah dan orang yang kemudian memberikan perlindungan terhadap Assange di Kedutaan Besar Ekuador di London, Presiden Ekuador Rafael Correa.