REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua PP Muhammadyah Din Syamsuddin menegaskan, mengaitkan terorisme yang terjadi di Tanah Air dengan Islam adalah suatu kesalahan fatal. "Itu adalah kesalahan fatal jika mengaitkan terorisme dengan Islam, karena setiap agama tidak mengajarkan kekerasan," ujar Din di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan, para tokoh agama sudah melakukan tugasnya dengan baik yakni melakukan dakwah. "Sekarang timbul pertanyaan, mengapa terorisme selalu saja muncul di Indonesia. Padahal di negara-negara lain sudah tidak ada," kata dia.
Padahal setiap tahun, lanjut dia, pemerintah menganggarkan dana untuk menangani persoalan terorisme itu.
Menurut dia, pihak Kepolisian yang telah memiliki data mengenai terorisme di Indonesia hendaklah melakukan pembinaan terhadap kelompok yang dituduhkan itu.
Din juga mempertanyakan mengapa tersangka terorisme itu selalu ditembak mati, sehingga kesulitan untuk melakukan verifikasi. Dia meminta agar Kepolisian bekerja profesional, jangan asal tembak.
"Jujur saya kurang tertarik dengan masalah terorisme. Selesaikan saja masalahnya dan jangan dikaitkan dengan agama." ujarnya.
Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror kembali menangkap seorang terduga teroris kelompok Solo, Jateng pada Rabu (5/9) di Jalan Raya Kalimulya, Perumahan Anyelir 2 Blok F2, Depok, Jawa Barat. Tersangka bernama Firman.
Firman diduga terlibat dalam kasus penembakan Pospam Lebaran, pelemparan granat, dan penembakan di pos pol di Solo.
Sebelumnya, Polisi juga menembak dua teroris lainnya yakni Farhan dan Muchsin di Solo. Keduanya diduga sebagai pelaku teror di Solo.