REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Badan intelejen Amerika Serikat, CIA, mengakui adanya kesalahan analisis sebelum dilancarkannya invasi terhadap Irak. CIA mengaku tidak dapat membuktikan keberadaan senjata pemusnah massal yang diduga dimiliki oleh rezim diktator Saddam Hussein.
Laman Press TV melansir, pengakuan tersebut terungkap dalam dokumen resmi yang dirilis Rabu lalu. Dokumen tersebut merupakan review yang dibuat CIA terhadap perang Irak pada 2006, tiga tahun setelah pemerintahan George W Bush melancarkan invasi pada 2003.
"Analis tidak menghabiskan waktu yang cukup untuk memeriksa dugaan terhadap Irak," demikian di antara pernyataan dalam dokumen seperti dilansir Press TV, Kamis (6/9).
Seorang pejabat di Divisi Timur Tengah CIA, Paul Pillar, menyatakan, badan intelijen mendapat tekanan yang hebat dari pemerintahan Bush untuk mendapatkan temuan yang dapat menjustifikasi dilakukannya invasi.
"Kampanye untuk melancarkan perang telah memuncak sebelum estimasi ditulis," kata dia dalam bukunya yang berjudul 'Intelligence and US Foreign Policy; Iraq, 9/11, and Misguided Reform'.