REPUBLIKA.CO.ID, MILAN -- Kasus penyadapan telepon dan tindakan memata-matai klub Inter milan terhadap mantan pemainnya, Christian Vieri, berbuntut panjang. Kabar terbaru yang beredar, kasus ini menyeret sang presiden klub, Massimo Moratti.
Ia dituding sebagai dalang di balik skenario penyadapan yang dilakukan saat Vieri masih berseragam Inter.Seperti yang dikabarkan sebelumnya, mantan penyerang Inter milan yang juga mantan pemain timnas Italia, Christian Vieri, mengajukan tuntutan ganti rugi kepada mantan klubnya, Inter milan sebesar 21,25 juta Euro (Rp 256 miliar) melalui pengadilan olahraga Italia.
Tuntutan itu dilakukan 'bobo' atas tindakan klub Inter yang menyewa detektif swasta untuk memata-matainya. Bahkan, Vieri juga kesal lantaran Inter melalui perusahaan Telecom juga menyadap teleponnya. Atas tuntutan tersebut, Senin (3/9), Pengadilan olahraga setempat memutuskan manajemen klub dan perusahaan telekomunikasi itu wajib membayar ganti rugi masing-masing sebesar 1 juta Euro (Rp 12 miliar) kepada sang pemain.
Salah satu Mantan kepala keamanan perusahaan Telecom Italia, Giuliano Tavaroli, bersaksi bahwa perintah untuk memata-matai Vieri diinstruksikan langsung oleh Presiden I Nerazzurri, Massimo Moratti.
Tavaroli menuding bahwa Moratti adalah dalang utama di balik kasus penyadapan tersebut. kepada salah satu media setempat, ia mengaku diminta langsung untuk melakukan penyadapan. Tak hanya itu, Tavaroli juga diperintahkan untuk menyadap telepon pemain Inter lainnya, bahkan salah satu sponsor terbesar Inter pada saat itu, perusahaan Pirelli.