REPUBLIKA.CO.ID, Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Pepatah itu ternyata tak selamanya benar. Hal itu terbukti pada Durrah binti Abu Lahab bin Abdul Muthalib.
Ia adalah seorang Muslimah yang berakhlak mulia, yang sifatnya sangat jauh berbeda dibandingkan ayahnya Abu Lahab, seorang kafir Quraisy yang sungguh amat sesat.
Saking kafirnya, nama Abu Lahab tercatat sebagai nama surah ke-111 dalam Alquran. “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut.”
Berbeda dengan sifat sang ayah, Durrah merupakan salah seorang sahabat yang begitu dekat dengan Rasulullah SAW. Tak banyak kisah tentang Durrah, sebelum putri paman Rasulullah SAW itu masuk Islam.
Muhammad Ibrahim Salim dalam bukunya bertajuk “Perempuan-perempuan Mulia di Sekitar Rasulullah SAW” mengungkapkan, setelah masuk Islam, Durrah hijrah menyusul Nabi SAW ke Madinah.
Imam Adz-Dzahabi mengatakan, dia (Durrah) mempunyai sebuah hadis dalam Al-Musnad, dari riwayat putra pamannya, Al-Harits bin Naufal. (Ath-Thabaqaat (8/34), Al-Isti'ab (4/290), Al-Ishaabah (7/634), dan Ushudul Ghaabah (5/449).
Ibnu Hajar menyebutkan dalam “Al-Ishaabah”, ketika Durrah binti Abu Lahab datang ke Madinah sebagai muhajir, dia turun di rumah Rafi’ bin Mu’alla. Kemudian beberapa wanita bani Zuraiq berkata kepadanya, “Engkau puteri Abu Lahab, yang Allah berfirman tentang dia. 'Binasalah kedua tangan Abu Lahab (QS. Al-Lahab: 1). Maka hijrahmu tidak berguna bagimu.”