Sabtu 08 Sep 2012 15:41 WIB

Tepis Radikalisme, Pesantren Harus Membuka Diri

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Karta Raharja Ucu
Aksi radikalisme (ilustrasi)
Foto: indianmuslimobserver.com
Aksi radikalisme (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Saleh P Daulay mengimbau agar masyarakat tidak mengeneralisasi semua pesantren menganut paham radikal. Untuk menepis pandangan yang sudah terlanjur melekat di masyarakat tersebut, menurutnya perlu adanya upaya dialog dengan pihak terkait.

Menurutnya, masing-masing kelompok harus saling membuka diri. Kelompok yang diduga memiliki paham radikal harus membuka diri, sehingga masyarakat mengetahui bagaimana kehidupan di dalam pesantren.

"Dengan dialog pasti ada titik temu. Jadi jangan langsung mendiskreditkan pesantren," katanya saat diskusi bertema 'Teror tak Kunjung Usai' di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (8/9).

Ia juga menilai sosialisasi nilai-nilai kenegaraan yang selama ini dilakukan pemerintah belum efektif. Buktinya, aksi kekerasan dan teror masih muncul di tengah masyarakat. Hal tersebut menjadi bahan evaluasi bagi semua pihak sehingga kehidupan yang rukun dan damai tercapai.

Landasan negara Indonesia adalah Pancasila dan UUD 1945. Ia berpendapat, apapun yang bertentangan dengan dua pedoman tersebut harus diluruskan. Begitu juga dengan radikalisme yang selama ini dikaitkan dengan pesantren.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement