REPUBLIKA.CO.ID, Jauh sebelum Julian Assange dikenal sebagai pendiri Wikileaks, ia adalah haktivis remaja dikenal dengan sebutan Mendax. Masa awal sang hacker kontroversial itulah yang hendak dieksplorasi dalam Undeground, meski perhatian media belum lepas dari sosok tersebut, malah bisa dibilang mencapai tingkatan epik.
Film, dengan bintang Australia, Anthony La Paglia, ("The Client",1994; "Without a Trace",2002-2009) sebagai detektif yang menginvestigasi Assange dan pendatang baru, Alex William, sebagai sang haktivis, muncul di saat yang tepat. Pendiri Wikilieaks saat ini berlindung di kantor Kedutaan Besar Ekuador di London, mencoba menghindari ekstradisi ke Swedia, di mana ia bakal dihadapkan dakwaan kejahatan seksual.
Assange takut akan dikirim ke Amerika Serikat karena kemungkinan besar ia menghadapi dakwaan lebih serius atas publikasi data rahasia kabel diplomatik AS di situs pembocor populer buatannya.
"Undeground" yang tayang perdana Sabtu (8/9) di Festival Film Internasional Toronto adalah kajian mengenai metamorfosis Assange muda menjelma Assange saat ini. Berdasar buku tulisan Suelette Dreyfus tahun 1997 berjudul sama, film ini merunut bagaimana remaja Melbourne menjadi anggota salah satu grup peretas kampiun, International Suberversives, pada akhir 1980-an, juga saat pertama kali muncul dalam radar pihak berwenang penjuru dunia.
Kehidupannya sebagai penimbun data telah dicatat dan direkam dalam beberapa film dokumenter dan laporan khusus televisi. Sutradara pemenang Oscar kategori film dokumenter, Alex Gibney, dikabarkan menyusul. Dreamwork dan produser Barry Josephson dan Michelle Krumm pun disebut tengah sibuk mengadaptasi buku-buku mengenai Assange. Pastinya, karya sutradara negeri kanguru, Robert Connolly (Bilbao) adalah drama naratif pertama tentang Assange yang segera menyentuh layar lebar.
"Sempat muncul gurauan saat penulisan naskah, bahwa cerita kami mirip kisah asal-mula superhero di mana si superhero akhirnya memahami memiliki kekuatan super tapi belum menyadari dapat menyelamatkan dunia," tutur Connolly yang ikut terlibat dalam pembuatan skenario Underground seperti dikutip Wired, Jumat (7/9). "Kami menawarkan gagasan mengenai kisah pemuda dengan bakat luar biasa. Di mana dan mengapa ia berubah menjadi lelaki yang mencurahkan hidupnya kepada Wikileaks?"
"Saya kira banyak orang di luar sana yang merencanakan dan bahkan telah menggarap proyek terkait tokoh ini, buku juga opsi menarik, namun sangat luar biasa menjadi orang yang pertama kali mengeksplorasi sisi dramatis pria ini," ungkap Connolly dari Toronto.
Kesempatan untuk membesut kisah Assange--yang juga meminta konsultasi Dreyfus dalam skenario, namun tak melibatkan pendiri Wikileaks---memberi Connoly kebebasan. Meski mengaku mampu menarik hipotesa apa yang terjadi antara si hacker dengan International Subversives, namun Connolly tegas menyatakan Assange muda tak pernah mencuri data apa pun ketika ia dulu meretas. "Saya tak bisa mengubah fakta itu,"
Undergound menggali pengaruh-pengaruh yang membawa peretas remaja Australia itu berakhir sebagai pendiri Wikileaks sekaligus mengeksplorasi kehidupan seseorang yang dikejar oleh pihak berwenang bahkan sebelum ia mentas dari usia remaja. Salah satunya ialah hubungan dekatnya dengan ibunda, Christina Assange (diperankan bintang "Six Feet Under", Rachel Griffiths), yang menyadari kejeniusan putranya.
Ibunyalah membelikan Commodore 64, komputer rumahan bermemori 8 bit keluaran 1982. Dalam film itu digambarkan bagaiman Christina begitu melindungi putranya. Narasi lain menuturkan periode ketika ia mendewasa dan memiliki kesadaran politik yang ditandai runtuhnya Tembok Berlin, di ambang Perang Teluk pertama dan sebelum siapa pun mengenal istilah 'dot-com'.
Untuk memunculkan Assange remaja, Connolly mengaku harus menemukan aktor dari generasi yang tidak mengingat era sebelum Web. Williams lahir setahun setelah kejadian-kejadian yang dituturkan dalam film. Pemuda asli Perth lulusan terkini West Australian Academy jurusan Seni Pertunjukan itu ditemukan istri Connoly dan di-casting oleh sutradara Jane Norris. "Istri saya berkata 'Ia tidak beruntung, kita yang beruntung menemukan dia'," tutur Connoly.
Benar, kini Williams memiliki tugas berat memelajari video-video rekan senegaranya Assange demi memahami karakternya si hacker. Meski, ia mengaku tak terlalu jauh mengeksplorasi, malah meyakini Assange saat ini mungkin tidak terlalu jauh dengan remaja-remaja lain seusianya. Hanya saja, Williams tetap harus belajar apa itu Commodore 64 dan bagaimana mengoperasikannya.
"Saya tak pernah melihat satu dari piranti itu dalam hidup saya!" ujarnya masih kepada Wired. "Saya sekarang di sini bersama iPhone dan ketika anda menoleh ke belakang melihat evolusi, dari mana semua datang dan orang-orang yang menjadi pioner dalam pemprograman dan peretasan, betul-betul budaya luar biasa." Williams bakal jadi aktor pertama yang memerankan pendiri WikiLeaks.
Apa pun yang terjadi dengan proses ekstradisi Assange, ia tetaplah sosok bersinar dan inspiratif. Cemaskah Williams bila diidentikkan dengan 'wisthleblower online tersebut selamanya? Tidak Juga. "Bagi saya ia adalah karakter besar, apakah ia mencuat media atau tidak." ujar Williams. "Saya tidak takut dilabeli atau bahkan diburu oleh AS," kelakarnya. Tak tahu apakah film itu juga bakal beredar di Indonesia. Tunggu saja.