REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Australia untuk Perubahan Iklim, Dr Justin Lee, berada di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Senin (10/9), untuk melihat perkembangan proyek percontohan REDD+ yang didanai oleh Pemerintah Australia. Dia mengunjungi program Kalimantan Forests and Climate Partnership, sebuah proyek yang bertujuan mengembalikan fungsi hutan dan mengurangi kebakaran akibat lahan gambut.
“Saya senang dapat berkunjung ke lapangan. Dengan melihat secara langsung, saya mengerti betapa kompleksnya proyek ini, namun proyek ini tetap menjadi salah satu aktivitas REDD+ yang paling maju di dunia,” ujar Lee dalam pernyataan persnya di Jakarta, Senin.
Saat kunjungannya, Lee bertemu dengan masyarakat setempat di Desa Katunjung yang terlibat dalam proyek ini. Menurutnya, masyarakat perlu dilibatkan agar proyek ini berjalan dengan baik. "Saat ini, tujuh kesepakatan desa telah disepakati untuk memastikan adanya dukungan bagi masyarakat setempat dalam menjalankan kegiatan REDD+.”
Kesepakatan-kesepakatan ini memberdayakan masyarakat dalam mengelola distribusi manfaat dan kegiatan yang berhubungan dengan REDD+. “Mereka telah merawat dan menanam lebih dari 1,2 juta bibit yang akan membantu merehabilitasi lahan gambut yang rusak. Ini adalah salah satu dari sedikit kegiatan REDD+ yang mulai memberikan pendapatan bagi masyarakat,” ujarnya.
Selagi di Indonesia, Duta Besar juga akan bertemu dengan mitra kerja nasional seperti Utusan Khusus Presiden untuk Perubahan Iklim Rachmat Witoelar, Kepala UKP4 Kuntoro Mangkusubroto, dan Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan Dr Hadi Daryanto guna mendiskusikan kerja sama lanjutan dalam perubahan iklim.