REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Ulah anak-anak siswa SD dan SMP di Desa Samudra, Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas, sungguh aneh. Mereka rela berkelahi untuk menguji jimat kesaktian yang mereka beli dari temannya sendiri. Bahkan akibat perkelahian ini, dua anak babak belur.
Perkara ini, sebelumnya sempat dilaporkan orang tua korban ke Kepolisian Sektor Gumelar. Namun atas inisiatif Kepala Desa Samudra, Sutaryo, persoalannya akhirnya tidak sampai ke ranah hukum.
Melalui rapat desa yang berlangsung di Balai Desa Samudra, Selasa (11/9), pihak keluarga dari anak yang menjual jimat dan korban yang menguji kesaktian jimat tersebut, akhirnya menyepakati penyelesaian masalah itu dengan cara damai. ''Kita masih warga satu desa. Tidak perlu masalah seperti ini sampai ke pengadilan,'' kata Sutaryo.
Peristiwa perkelahian antar anak-anak SD/SMP tersebut, sebenarnya terjadi lima hari lalu di lapangan desa setempat. Saat itu, delapan anak usia SD/SMP membeli jimat dari seorang temannya, Ferri (14),yang juga masih sekolah di SMP kecamatan setempat.
Bentuk jimatnya, berupa butiran biji tasbih, pecahan kaca warna-warni dan minyak wangi. Dari rapat desa itu terungkap, Feri menjual jimat tersebut seharaga Rp 50.000.
Kepada teman-temannya Ferri menyataan, orang yang memegang jimat tersebut akan memiliki kesaktian berupa kekebalan, menjadi lebih kuat dan bisa juga untuk memikat lawan jenis. ''Namun karena kami tidak memiliki uang sebanyak itu, Feri menyatakan pembayaran bisa diangsur beberapa kali. Saya sendiri, membayar uang muka Rp 10.000 agar bisa mendapat jimat,'' kata Ipang (12), salah satu satu korban.
Untuk membuktikan keampuhan jimat tersebut, delapan anak berkumpul di lapangan desa. Dari delapan anak tersebut, dipilih dua orang yang akan menguji keampuhan jimat. Keduanya terdiri dari Indra (11) dan Ipang (12). Masing-masing anak, dengan memegang jimat yang dibeli dari Feri, kemudian saling berkelahi.
Namun bukannya menjadi sakti, dua anak yang saling berkelahi malah menjadi babak belur. Bahkan seorang anak diantaranya, Ipang, sampai terluka di bagian kepalanya karena dipukul temannya dengan batu.
Untungnya, perkelahian itu tidak berlangsung lama. Setelah kedua anak yang berkelahi babak belur, mereka membubarkan diri dan pulang ke rumah masing-masing.
Tapi orang tua korban yang melihat anaknya babak belur, tidak bisa menerima perlakuan Feri. Mereka kemudian melaporkan kejadian ini ke Polsek Gumelar. Untungnya, pihak Polsek kemudian meminta pihak pemerintah Desa Samudra menfasilitasi penyelesaian masalah ini secara kekeluargaan.
Dalam pertemuan yang akhirnya digelar di balai desa setempat, wakil dari keluarga Feri, berjanji akan mengembalikan uang yang sudah terlanjur dibayarkan anak-anak untuk membeli jimat.
''Keseluruhan uang yang sudah dibayar anak-anak tersebut, ada Rp 146 ribu. Semuanya dikembalikan pada pemiliknya,'' kata Bintara Pembinaan Masyarakat Polsek Gumelar, Aipda Narto. Selain itu, pihak keluarga Feri juga menyanggupi akan mengganti seluruh biaya pengobatan anak-anak yang babak belur. n wid