Selasa 11 Sep 2012 20:56 WIB

Siapa Pembeli Karet Alam Terbesar RI? Tetap AS

Karet alam
Foto: deptan.go.id
Karet alam

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN - Amerika Serikat masih menjadi pembeli karet alam Indonesia terbesar disusul Jepang dan China. "Berdasarkan laporan dari pengusaha anggota Apindo Sumut maupun pusat, importir AS masih menjadi yang paling banyak meminta karet alam dan itu tentunya menggembirakan di tengah melesunya perekonomian negara itu dan berimbas juga ke negara lain," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut, Parlindungan Purba, di Medan, Selasa (11/9).

Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo), kata dia, ekspor karet alam Indonesia ke AS pada kwartal I (Januari-April) 2012 mencapai hampir 177 ribu ton senilai 628,586 juta dolar AS.

Setelah AS, ekspor terbesar karet alam Indonesia ke Jepang 131.000-an ton senilai 467-an juta dolar AS dan Cina 129.000-an ton dengan devisa 466-an juta dolar AS.

"Syukur ada karet dan hasil komoditas lainnya seperti CPO dan kopi yang masih membuat ekspor ke AS itu masih tetap eksis walau tren menurun akibat dampak krisis global," katanya.

Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut, Edy Irwansyah mengakui, ekspor karet terbesar masih ke AS, tetapi demgan tren menurun akibat dampak krisis global. Krisis global bukan hanya menurunkan volume ekspor tetapi juga devisa karena harga jual tren melemah di bawah 3 dolar AS per kg.

Dengan menurunnya harga karet, eksportir juga semakin hati-hati bertransaksi dan itu menyebabkan volume ekspor juga semakin turun.Kepala BPS Sumut, Suharno mengatakan, berdasarkan data, penurunan nilai ekspor karet dan barang dari karet Sumut hinga Juli sudah semakin besar atau mencapai 31,98 persen dibandingkan periode sama tahun 2011.

Pada Januri-Juli, nilai ekspor golongan barang itu hanya 1,496 miliar dolar AS dari periode sama tahun lalu yang masih bisa mencapai 2,199 miliar dolar AS. Petani karet di Labuhan Batu, Sumut, K. Siregar mengatakan, harga getah di tingkat petani masih di kisaran Rp 5.000-Rp 6.000 per kg dan itu membuat petani tetap resah, mengingat harga jual yang sudah di bawah harga beras.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement