REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat, Barack Obama dan Presiden Afghanistan, Hamid Karzai membahas cara mencari tahu pihak di balik serangan mematikan kepada Konsulat AS di Kota Benghazi, Libya timur.
"Presiden Karzai menyampaikan belasungkawa atas tewasnya warganegara Amerika. Dan kedua presiden itu membahas pentingnya bekerjasama guna membantu memastikan bahwa kondisi yang mengakibatkan kerusuhan di Libya dan Mesir tidak menimbulkan ancaman bagi pasukan AS atau Afghanistan," kata Gedung Putih dalam satu pernyataan sebagaimana dikutip Xinhua, Kamis (13/9) malam.
Duta Besar AS untuk Libya, Chris Stevens dan tiga diplomat lagi tewas, Selasa (11/9) malam, setelah ratusan demonstran yang marah akibat film anti-Islam dan penghinaan kepada Nabi Muhammad SAW, menerobos masuk dan membakar bangunan Konsulat AS. Para pengunjuk rasa juga menyerbu ke dalam Kedutaan Besar AS di Kairo, Mesir, dan membakar bendera Amerika, Selasa kemarin.
Aksi demo menentang film anti-Islam juga terjadi di Tunisia. Kedubes AS di Tunisia diserbu demonstran, Rabu (12/9), dan polisi terpaksa menembakkan gas air mata guna membubarkan para pengunjuk rasa.
Agar demonstrasi tak meluas, Pemerintah Afghanistan menutup laman Youtube yang memutar film anti-Islam tersebut. Kebijakan itu agar insiden tewasnya 40 orang pada tahun ini karena pembakaran Alquran di pangkalan militer AS di Afghanistan. "Pembuat film anti-Islam adalah tindakan iblis," kata Presiden Karzai.