REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Manuver politikus anti-Islam Belanda Geert Wilders tidak menjamin keberhasilan partainya guna mendulang suara besar pada pemilu legislatif kemarin. Partainya justru meraih suara paling sedikit.
Kepada para pendukungnya, Wilders mengatakan lebih senang berdiri di atas panggung guna memberikan kabar baik, nyatanya hanya ada kabar buruk. "Dari 98 persen suara yang telah dihitung, Partai Kebebasan (PVV) kehilangan sembilan kursi dari 24 menjadi 15," papar dia seperti dikutip onislam.net, Kamis (13/9).
Kekalahan itu menjadi pukulan telak bagi Wilders. Apalagi, ia sangat terobsesi dengan gagasan untuk keluar dari Uni Eropa dan mengusir para imigran yang dianggap hanya membebani perekonomian Belanda. Ia pun jadi biang keladi jatuhnya pemerintahan mantan Perdana Menteri Mark Rutte.
Sementara itu, Rutte sendiri berhasil membawa partainya meraih 41 kursi, atau unggul dua kursi dari partai Buruh Kiri-Tengah yang mampu meraih 39 kursi. "Kami telah berjuang keras. Saya bangga dengan hasil ini," kata dia.
Melihat hasil itu, belum ada pembicaraan kedua partai yang mengindikasikan adanya koalisi baru tanpa melibatkan PVV. Namun, pengamat melihat koalisi keduanya sangat mungkin. "Masalahnya, kedua kubu memiliki kursi yang sama," kata Sosiolog, Paul Schanbel.
Menurut dia, hal itu menjadi sulit karena kebijakan pasti melibatkan dua pintu. Meski mengakui kekalahannya, Wilders terus berencana untuk memerangi imigran dan Uni Eropa. "Kami tidak akan pernah menyerah," katanya.