REPUBLIKA.CO.ID, Pejabat AS mengatakan serangan hari Selasa oleh massa bersenjata terhadap konsulat AS di Benghazi tampaknya merupakan sebuah operasi terkoordinasi dan rumit.
Para pejabat Amerika mengatakan serangan yang menewaskan dutabesar Amerika untuk Libya dan 3 warga Amerika lainnya di kota Benghazi, Libya, kemungkinan telah direncanakan bukan ledakan spontan sentimen anti-Amerika.
Pejabat mengatakan serangan hari Selasa oleh massa bersenjata terhadap konsulat Amerika di Benghazi dan rumah tempat berlindung di dekatnya, tampaknya operasi terkoordinasi dan rumit. Tetapi, para pejabat mengatakan terlalu dini untuk menentukan orang-orang yang membunuh dutabesar Amerika J. Christopher Stevens dan 3 rekannya atau apakah serangan itu disengja bertempatan dengan peringatan 11 tahun serangan teroris 11 September terhadap Amerika Serikat.
Para pejabat Departemen Luar Negeri Amerika mengatakan serangan itu mulai hari Selasa kira-kira pukul 10 malam waktu setempat, di mana penyerang memulai penembakan terhadap konsulat Amerika kemudian membakar gedung itu ketika Dutabesar Stevens dan pejabat pengelolaan informasi Amerika Sean Smith berada di dalam. Mereka mengatakan petugas keamanan Amerika di konsulat itu menjadi terpisah dari para diplomat karena asap tebal tetapi kemudian menemukan jenazah Smith.
Pihak berwenang Libya menemukan Stevens dan membawanya ke sebuah rumah sakit Benghazi di mana dokter menyatakannya meninggal dunia akibat menghirup asap.
Para pejabat Amerika mengatakan serangan berlanjut setelah pasukan keamanan Amerika dan Libya mengungsikan staff konsulat lain ke bangunan di dekatnya. Mereka mengatakan penyerang mulai menembaki gedung itu kira-kira tengah malam, menewaskan dua lagi pegawai Amerika, yang namanya belum diungkapkan.
Presiden Amerika Barack Obama mengutuk pembunuhan ke-4 warga Amerika itu dengan menyebutnya “keterlaluan dan mengejutkan.” Berbicara hari Rabu (12/9 di Taman Mawar (Rose Garden) Gedung Putih dengan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton berada disampingnya, ia bertekad untuk bekerjasama dengan pemerintah Libya untuk menyeret penyerang ke pengadilan.
Seorang pejabat Amerika mengatakan Angkatan Laut Amerika mengirim dua kapal perusak menuju pantai Libya sebagai langkah berjaga-jaga.