Selasa 28 Jan 2020 14:09 WIB

Pertumbuhan Perbankan Syariah Turki Diprediksi Melaju Cepat

Sektor keuangan Islam Turki lebih kecil daripada negara-negara Muslim lainnya.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Muhammad Hafil
Pertumbuhan Perbankan Syariah Turki Diprediksi Melaju Cepat. Foto: Ekonomi syariah (ilustrasi)
Foto: Islamitijara.com
Pertumbuhan Perbankan Syariah Turki Diprediksi Melaju Cepat. Foto: Ekonomi syariah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Perusahaan layanan keuangan dan bisnis Amerika, Moody's Investors Service, menyebutkan bahwa aset perbankan Islam Turki akan berlipat ganda dalam kurun waktu 10 tahun dari level rendah, lantaran inisiatif pemerintah Turki dalam mendorong pertumbuhan di sektor ini.

Dalam laporan yang diterbitkan pada Senin (27/1), dilansir di Saudi Gazette, Selasa (28/1), sektor keuangan Islam Turki saat ini lebih kecil daripada negara-negara Muslim besar lainnya. Namun, disebutkan bahwa awal yang lambat itu berarti memiliki banyak ruang untuk berkembang.

Baca Juga

Sektor keuangan Islam ini mewakili lebih dari 5,8 persen dari aset perbankan pada akhir September 2019. Angka itu masih kecil dibandingkan dengan Malaysia (33 persen) dan negara-negara Timur Tengah (15 persen-77persen).

Lebih dari 95 persen dari sekitar 83 juta populasi Turki adalah Muslim. Akan tetapi, penetrasi keuangan Islam di negara itu sangat rendah. Pangsa pasar agregat dari bank-bank partisipasi Turki adalah 5,8 persen pada September 2019, dibandingkan dengan tingkat penetrasi rata-rata 43 persen di negara-negara Timur Tengah lainnya dan Malaysia.

Penyebab utamanya adalah jumlah bank syariah yang relatif sedikit dan jaringan distribusi mereka yang terbatas di Turki. Pangsa pasar sektor ini mengalami stagnasi sekitar 5,5 persen sejak 2014, tertinggal dari peningkatan rata-rata 6 poin persentase dalam tingkat penetrasi yang tercatat di negara-negara Muslim lainnya.

Bank Islam atau syariah disebut bank partisipasi di Turki dan diatur oleh Badan Regulasi dan Pengawasan Perbankan (BRSA). Mereka diwajibkan oleh hukum untuk menjadi anggota Asosiasi Bank Partisipasi Turki (PBAT), sebuah wadah organisasi yang membela hak dan kepentingan bank-bank Islam di negara itu. PBAT menargetkan penetrasi perbankan syariah sebesar 15 persen pada 2025.

Deposito syariah (berdasarkan hukum Syariah, ini didefinisikan sebagai akun investasi atau dana yang dikumpulkan) mendapat manfaat dari perlindungan yang sama dengan deposito bank konvensional di bawah asuransi deposito Turki dan skema perlindungan. Hal ini memungkinkan mereka untuk menarik dana dari penabung non-Muslim.

Ada enam bank syariah di Turki. Tiga di antaranya, yakni Kuveyt Turk Katilim Bankasi A.S., Turkiye Finans Katilim Bankasi A.S. dan Albaraka Turk Katilim Bankasi A.S., Memiliki kepemilikan saham besar oleh pemberi pinjaman Timur Tengah. Mereka mendominasi sektor ini dengan pangsa pasar gabungan 76 persen dari aset perbankan syariah Turki pada akhir Juni 2019.

Selama periode dua tahun antara 2014 dan 2015, pemerintah Turki mendirikan dua bank partisipasi baru milik pemerintah dan pangsa pasar mereka pun meningkat. Pemberi pinjaman domestik yang baru milik negara ini telah mengintensifkan persaingan di industri perbankan dan memperluas basis penyediaan layanan perbankan syariah. Mereka secara bertahap membangun jaringan cabang yang luas yang akan menarik semakin banyak pelanggan perbankan syariah di tahun-tahun mendatang.

Sementara itu, Kuveyt Turk milik Kuwait mengeluarkan sukuk pertama di Turki pada 2010 dengan nilai nominal 100 juta dolar. Total penerbitan sukuk oleh bank-bank Islam Turki mencapai 45 miliar Lira Turki pada akhir 2018.

Volume penerbitan sukuk tahunan pada 2018 lebih dari 16 miliar Lira Turki (2,7 miliar dolar), banyak kelipatan dari jumlah ini yang tercatat pada awal dekade. Pemerintah Turki membuat debut sukuk pada 2012, dengan dua isu, yakni satu domestik dan satu di pasar modal asing.

Sejak saat itu, Departemen Keuangan telah mengeluarkan sekitar 30 miliar Lira di pasar domestik dan 6 miliar dolar di pasar internasional. Langkah ini dilakukan sebagai sarana untuk mendiversifikasi sumber pendanaan dan menarik modal dari Dewan Kerjasama Teluk dan negara-negara lain.

Tingkat aset perbankan syariah di Turki tetap rendah, namun ada banyak ruang bagi sektor ini untuk tumbuh. Dengan pentingnya kepentingan strategis sektor ini bagi pemerintah Turki, dinamika keuangan dan perbankan Islam sedang berkembang dan fondasi untuk periode pertumbuhan keuangan Islam yang signifikan pun tengah diterapkan.

"Kami memperkirakan perbankan syariah memainkan peran penting dalam pengembangan layanan keuangan Turki selama dekade berikutnya," kata perusahaan keuangan AS ini.

Sementara itu, Turki memiliki ambisi untuk mendirikan Istanbul, kota terbesar di negara itu dan kekuatan ekonominya, sebagai pusat keuangan global. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan pangsa jasa keuangan dalam PDB Turki menjadi 6 persen pada 2023 dari 20 persen pada akhir 2018. Pengembangan perbankan dan keuangan Islam adalah salah satu pilar utama yang ditetapkan dalam kerangka tujuh pilar yang disebut Istanbul International Financial Centre Strategic Action Plan.

Kebijakan yang tercantum di bawah pilar keuangan Islam dari rencana tersebut, ialah termasuk meningkatkan kesadaran publik tentang keuangan dan perbankan Islam, membangun pelatihan untuk menghasilkan staf yang memenuhi syarat dalam hukum dan praktik keuangan Islam dan memperluas jangkauan produk dan layanan keuangan Islam yang ditawarkan kepada masyarakat Turki. Pemerintah telah mengamanatkan Asosiasi Bank Partisipasi di Turki dan Badan Regulasi dan Pengawasan Perbankan (BRSA) untuk mengawasi atau berkontribusi pada sebagian besar kebijakan keuangan Islam yang tercantum dalam rencana strategis IIFC.

PBAT menargetkan tingkat penetrasi perbankan syariah sebesar 15 persen pada 2025. Mereka juga telah mengajukan Rencana Aksi Strategisnya sendiri yang menguraikan bagaimana tujuannya untuk mencapai targetnya.

Pemerintah Turki mendirikan dua bank syariah milik negara, yakni Ziraat Katilim  pada 2014 dan Vakif Katilim pada 2015. Vakif Katilim memiliki brand yang terpisah dari Vakifbank milik negara (B2 negative, caa2). Sedangkan Ziraat Katilim memiliki merek yang sama dengan bank konvensional milik negara, T.C. Ziraat Bankasi A.S. (Ziraat) (B2 negative, caa1), yang menjadi bank terbesar di Turki pada Juni 2019. Namun demikian, hubungan dengan pemegang saham mereka adalah faktor positif yang akan mendukung ambisi pertumbuhannya di masa depan.

Pada 2019, pemerintah Turki mendirikan bank Islam ketiga, yakni Turkiye Emlak Katilim Bankasi. Sehingga jumlah bank yang beroperasi di bawah prinsip-prinsip hukum Syariah menjadi enam. Pangsa pasar bank domestik milik negara di Turki meningkat tiga poin persentase pada paruh pertama 2019, berdiri di 24 persen dari total aset perbankan syariah pada Juni 2019.

Meningkatnya persaingan serta kehadiran bank-bank milik negara dengan jaringan distribusi yang luas di industri perbankan ini berkontribusi terhadap pertumbuhan keuangan dan perbankan syariah dan memperluas jangkauan produk dan layanan syariah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement