Ahad 16 Sep 2012 10:41 WIB

Film Anti-Islam Juga Dikritik Habis Presiden Pakistan

Rep: Antara/Xinhua-0ANA/ Red: Djibril Muhammad
Warga Mesir melakukan protes di luar Kedubes AS terkait film anti-Islam
Warga Mesir melakukan protes di luar Kedubes AS terkait film anti-Islam

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD - Seperti tidak mengenal kata berhenti, kritikan demi kritikan yang juga dibarengi aksi unjuk rasa, terus melanda beberapa negara Islam. Aksi tersebut berpusat pada satu, yakni film anti-Islam yang diporduksi di Amerika Serikat (AS).

Kutukan terhadap film tersebut juga disampaikan Presiden Pakistan, Asif Ali Zardari. Secara tegas, ia  mengaku prihatian atas kekerasan yang dipicu film itu. Hal itu ia sampaikan ketika bertemu dengan kepada Utusan Khusus AS untuk Afghanistan dan Pakistan Duta Besar Marc Grossman, di Islamabad, Pakistan, sabtu (16/9).

Kepada pejabat senior AS tersebut, Zardari mengatakan rasionalitas dan toleransi cepat terkikis terkait film tersebut. Karena itu, ia mengimbau perlunya menekankan tindakan kolektif untuk menghentikan tindakan-tindakan yang menyulut sentimen agama dari setiap masyarakat, atau orang-orang dari agama apapun.

Washington telah membantah keterlibatan apapun, tetapi film itu memicu demonstrasi kekerasan anti-AS di seluruh dunia Muslim.

Senator Farhatullah Babar, pada saat memberikan penjelasan kepada pertemuan wartawan, mengatakan bahwa agenda pembicaraan termasuk situasi bilateral Pakistan-AS, perang melawan militansi, situasi regional, perdagangan narkoba dan serangan pesawat tak berawak.

Presiden juga menegaskan kembali seruannya untuk mengakhiri serangan pesawat tak berawak AS, menganggap serangan itu kontraproduktif dalam perang melawan gerilyawan, dan dalam pertempuran memenangkan simpati.

"Kita perlu membahas alternatif mengenai masalah serangan pesawat tak berawak," tambahnya.

Dia mengatakan bahwa tujuan membangun hubungan jangka panjang, berkelanjutan dan tahan lama persamaan Pakistan-AS akan tetap sulit dipahami sampai masalah defisit kepercayaan diatasi secara efektif.

Presiden mengatakan bahwa hal itu penting bagi kedua negara untuk bekerja, untuk keterlibatan yang lebih besar dalam semua bidang, dan untuk menghidupkan kembali saling percaya untuk bergerak maju dalam mengejar kepentingan bersama serta perdamaian dan stabilitas di kawasan.

Presiden mengungkapkan harapan bahwa kunjungan Menteri Luar Negeri Hina Rabbani Kha mendatang ke Washington akan membantu memulai dialog strategis bilateral.

Mengenai Afghanistan, Zardari mengatakan bahwa perdamaian dan stabilitas Pakistan tergantung pada perdamaian dan stabilitas Afghanistan, dan bahwa Pakistan akan terus bergabung dengan masyarakat internasional dalam mencari perdamaian Afghanistan yang dipimpin bangsa Afghanistan sendiri dan proses rekonsiliasi di negara tersebut.

Dia mengatakan bahwa kedua negara berbagi tujuan yang sama untuk mengalahkan Al Qaida dan terorisme, dan yang terbaik dapat dicapai melalui tindakan terkoordinasi di perbatasan. Presiden mengatakan bahwa Pakistan percaya perdagangan narkoba adalah masalah besar karena memberikan dukungan keuangan kepada gerilyawan.

Dia mengatakan bahwa heroin dikembangkan oleh komunitas internasional sebagai senjata perang dan sekarang masyarakat internasional justru berusaha untuk menemukan solusinya.

Dia mengatakan bahwa Pakistan akan menjadi tuan rumah konferensi negara-negara regional pada akhir tahun ini, untuk merumuskan strategi bersama dalam memerangi produksi obat, herorin dan perdagangan narkotika di kawasan itu untuk mengeringkan sumber-sumber keuangan para pejuang.

Tentang terorisme, Presiden mengatakan Pakistan telah memperluas dukungan penuh terhadap perang internasional melawan terorisme dan akan terus melakukannya di masa depan.

Dia mengatakan bahwa Pakistan akan terus memberikan dukungan pada setiap proses rekonsiliasi Afghanistan yang dipimpin bangsa Afghanistan sendiri dan dimiliki pula oleh rakyat Afghanistan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement