REPUBLIKA.CO.ID, TERNATE - Warga Ternate, Maluku Utara, mengeluhkan sulitnya memperoleh masker, padahal mereka sangat membutuhkannya untuk melindungi pernapasan dari abu vulkanik letusan Gunung Gamalama.
"Saya sudah ke posko penanggulangan letusan Gunung Gamalama, tapi masker sudah habis, saya juga sudah cari ke seluruh toko dan apotik tetapi habis," kata salah seorang warga Ternate, Hanafi di Ternate, Ahad (16/9).
Sulitnya memperoleh masker itu mengakibatkan banyak warga terpaksa enggan ke luar rumah, meski ada urusan penting, karena khawatir abu vulkanik letusan Gunung Gamalama akan mengganggu kesehatan mereka.
Ia mengatakan, Pemkot Ternate dan instansi terkait lainnya di daerah ini seharusnya selalu menyediakan masker dalam jumlah besar, karena di Ternate ada gunung api yang masih aktif.
Pemkot Ternate tampaknya beranggapan bahwa Gunung Gamalama tidak akan meletus, sehingga mereka tidak menyediakan masker minimal sesuai dengan jumlah penduduk di kota ini. "Sekarang Gunung Gamalama meletus, ketika warga membutuhkan masker pemkot berdalih stok sudah habis, itu jelas menunjukkan bahwa mereka tidak menyiapkan sejak awal berbagai hal jika Gunung Gamalama meletus," katanya.
Sementara itu, sejumlah warga memanfaatkan terbatasnya masker tersebut untuk mencari keuntungan besar dengan cara menjual masker dengan harga Rp 5.000 per buah, padahal harga normalnya Rp 1.000 per buah. Warga di Ternate tidak mempedulikan melonjaknya harga masker itu, terbukti saat ini tidak ada lagi apotik dan toko yang memiliki stok masker.