Senin 17 Sep 2012 15:06 WIB

Ulama Ajak Muslim AS Serukan Pesan Damai

Rep: Agung Sasongko/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ulama AS menolak tindakan kekerasan terhadap Konsulat AS, karena hal itu menurutnya bertentangan dengan ajaran Islam.
Foto: Onislam.net
Ulama AS menolak tindakan kekerasan terhadap Konsulat AS, karena hal itu menurutnya bertentangan dengan ajaran Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ulama Amerika Serikat (AS) menyesali aksi protes terhadap film "Innocence of Muslims" di Libya yang berakhir dengan jatuh korban luka dan tewas. Mereka pun mengajak setiap Muslim AS untuk mengkampanyekan pesan perdamaian masyarakat AS.

"Mengapa kita tidak menjadi duta perdamaian dan pemahaman tentang AS. Ada banyak hal baik di negara ini," kata Imam Muhammad Abdul Azeez, seperti dikutip sacramento bee, Senin (17/9). 

Menurutnya, Muslim AS telah memilih untuk membesarkan anak-anak mereka di AS. Sudah waktunya, untuk menunjukan kepada dunia aspek positif dari masyarakat AS.

Hal itu dimulai, kata Imam, dengan menyebarkan pesan via jejaring sosial. "Anda tahu, apa yang terjadi akan mempengaruhi kehidupan ketika selama berbulan-bulan, dan bertahun-tahun. Ini menandakan kehidupan kita dalam bahaya," keluhnya.

Imam juga memastikan kekerasan dalam bentuk apapun bertentangan dengan ajaran Islam. Rasulullah SAW sendiri telah memberikan teladan melalui sikapnya terhadap orang-orang yang mengejek atau menghina beliau. 

Menurutnya, Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW menginginkan umat Islam untuk mengedepankan sikap sabar."Anda harus tetap tenang ketika ada seseorang yang bicara dengan nada menghina, karena ketika anda tidak maka hati anda akan seperti orang yang mengejek anda," kata dia.

Tak hanya seruan damai, para ulama telah menandatangi pernyataan yang berisikan penolakan terhadap aksi kekerasan. "Kita sudah banyak diserang dan diintimidasi. Tapi kita justru termasuk orang yang menolak mengedepankan kekerasan," demikian pernyataan sikap para ulama AS.

Presiden Dewan Muslim Minnesota, El Shawaf menegaskan apa yang terjadi dalam aksi protes merupakan wujud emosional berlebihan. Itu tidak pernah diajarkan dalam Islam. 

sumber : Sacramento Bee
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement