REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Aksi demonstrasi atau unjuk rasa yang dilakukan Forum Pembela Islam (FPI) di Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat di Jakarta pada Senin (17/9) berjalan ricuh.
Menurut Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane, terjadinya bentrokan tersebut karena polisi kurang antisipasi dengan jumlah massa yang ikut dalam unjuk rasa.
"IPW menyayangkan aksi massa dengan jumlah besar itu tidak disikapi dan diantisipasi Polda Metro Jaya," kata Neta S Pane yang dihubungi Republika, Senin (17/9).
Neta menyatakan keprihatinannya dalam aksi massa di depan Kedubes AS yang terjadi pelemparan bom molotov dan batu yang menyebabkan polisi terluka.
Seharusnya aksi tersebut dilakukan dengan damai. Aksi-aksi anarkis, lanjutnya, seharusnya sebisa mungkin dapat dicegah polisi dengan menggunakan water cannon.
Sesuai standar operasional prosedur (SOP), ia menambahkan, dalam pengendalian massa, water cannon merupakan suatu yang penting.
Masalahnya, Polda Metro Jaya hanya memiliki tiga unit kendaraan water cannon yang semuanya dalam keadaan bocor, sehingga pengendalian massa pun langsung menggunakan gas air mata.
"Padahal ini tidak sesuai dengan SOP, harus gunakan water cannon terlebih dahulu," jelasnya.