Senin 17 Sep 2012 18:03 WIB

Tenang, Indonesia Belum Alami 'Overheating'

Darmin Nasution
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Darmin Nasution

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Bank Indonesia memperkirakan ekonomi Indonesia belum mengalami 'overheating' atau pemanasan karena komposisi impor yang produktif. "Sampai pada semester I ini kita memang mengalami defisit perdagangan, namun sebagian besar impor yang memicu defisit itu adalah barang modal," kata Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution dalam Indonesia Investment Forum di Jakarta, Senin (17/9).

Impor barang modal, menurut Darmin, termasuk dalam kategori jenis yang produktif, sementara indikasi ekonomi yang 'overheating' adalah impor konsumtif untuk memenuhi permintaan dalam negeri yang tidak bisa diimbangi produksi lokal.

"Impor barang modal ini justru membuat perekonomian Indonesia tumbuh sehat karena sifatnya yang produktif, jadi dalam kategori ini, defisit perdagangan tidak mengindikasikan 'overheating'," kata Darmin.

Alasan lain ekonomi Indonesia belum 'overheating', kata Darmin, yakni masih adanya suplus tenaga kerja, turunnya inti inflasi, dan prosentase kredit terhadap GDP yang masih rendah. Menurut Darmin, rasio antara kredit dengan produk domestik bruto (PDB) masih 31 persen.

Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi masih bisa tumbuh lebih jauh lagi. "Selain itu, sebagian besar pertumbuhan kredit pada semester I adalah kredit modal kerja dan investasi dan bukan kredit konsumsi," kata Darmin.

Bank Indonesia dalam keterangan Darmin akan terus mengontrol pertumbuhan kredit konsumsi dalam level yang berkelanjutan dan di saat bersamaan mendukung pembangunan kapasitas finansial.

Sementara itu, dari sisi inflasi yang juga merupakan tanda-tanda perekonomian yang mengalami 'overheating', Darmin mengatakan bahwa inflasi inti (tanpa memperhitungkan kenaikan bahan bakar minyak) bisa ditekan sampai 4,5 persen pada semester I tahun ini. "Yang terakhir, kondisi pasar tenaga kerja di Indonesia masih menunjukkan surplus," kata dia.

Darmin menjelaskan bahwa meski tingkat pengangguran di Indonesia sudah bisa ditekan sampai 6,8 persen, namun generasi muda Indonesia yang akan menuju angkatan kerja masih sangat banyak sehingga pasar tenaga kerja masih sangat kompetitif.

'Overheating' dalam ekonomi terjadi ketika kapasitas produksi tidak bisa mengimbangi jumlah keseluruhan permintaan. Fenomena ini biasanya ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang berada di atas rata-rata disertai dengan inflasi yang tidak terjaga.

Permintaan yang tidak bisa diimbangi dengan kapasitas produksi tersebut kemudian menyebabkan kenaikan harga yang diikuti dengan turunnya ekspor.

Sebelumnya terdapat kecurigaan bahwa ekonomi Indonesia sedang mengalami 'overheating' dengan indikasi pertumbuhan ekonomi yang terus positif, diperkirakan tahun ini mencapai 6,4 persen, di tengah turunnya tren ekonomi secara global.

Di sisi lain, pertumbuhan yang positif tersebut diikuti dengan defisit perdagangan, sebanyak 1,3 persen dari produk domestik bruto, yang menunjukkan bahwa ekspor Indonesia turun dan impor naik. Indikasi tersebut dikhawatirkan akan menurunkan kepercayaan investor terhadap Indonesia, menyebabkan investasi asing terhambat dan pertumbuhan turun.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement