REPUBLIKA.CO.ID, Ketika Yusuf bin Tasyfin menancapkan kekuasaannya di wilayah Sahara Magribi (sekarang Maroko), ia membangun Kota Marrakech, yang kelak menjadi pusat pemerintahan Dinasti Murabitun pada tahun 1062 M.
Penguasa Dinasti Murabitun memilih Marakech sebagai pusat pemerintahannya yang jauh dari gunung dan sungai. Marrakech dipilih karena berada di kawasan yang netral di antara dua suku yang bersaing untuk meraih kehormatan untuk menjadi tuan rumah di ibu kota baru itu.
Di bawah pemerintahan Dinasti Murabitun, Marrakech berkembang menjadi sebuah kota yang fantastis dengan bangunan-bangunan berarsitektur indah.
Namun, ketika Marrakech diambil alih Dinasti Muwahiddun pada 1147 M, hampir sebagian besar bangunan penduduk maupun tempat ibadah yang didirikan oleh penguasa Murabitun turut dihancurkan.
Koubba Almoravid
Jejak kejayaan Dinasti Murabitun dalam bidang arsitektur salah satunya dapat kita saksikan di Kota Marrakech, yakni bangunan Koubba Almoravid (Kubah Murabitun).
Bangunan yang berada tak jauh dari Museum Marrakech dan berjarak sekitar 40 meter ke arah selatan dari Masjid Ben Youssef ini merupakan satu-satunya contoh peninggalan arsitektur Murabitun di kota yang pernah menjadi pusat pemerintahan Dinasti Murabitun ini.
Koubba Almoravid dibangun pada 1117 M dan direstrukturisasi pada abad ke-16 dan 19 M. Bangunan Koubba Almoravid ini sempat terkubur di antara reruntuhan bangunan yang berada tepat di samping Masjid Ben Youssef.
Namun, pada tahun 1948, keberadaan bangunan ini berhasil diidentifikasi. Kemudian, di tahun 1952, pemerintah Maroko melakukan penggalian terhadap reruntuhan bangunan di atas situs Koubba Almoravid guna membuktikan hasil identifikasi tersebut.
Pada masa Dinasti Murabitun, bangunan Koubba Almoravid ini pernah digunakan sebagai tempat mengambil wudhu sebelum shalat karena dilengkapi dengan sistem pompa air hidrolik dan drainase. Bangunan tersebut juga dilengkapi dengan toilet, kamar mandi, dan keran-keran air yang dapat diminum langsung.