REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen Forum Ulama Indonesia (FUI), Muhammad Al Khattath membantah jika pihaknya disebut sebagai pemicu bentrokan di depan Kedubes AS, Senin (17/9) kemarin. Ia mengatakan, bentrokan justru dipicu oleh serangan gas air mata aparat.
"Saat itu, barisan panjang longmarch dari Bunderan HI ke Kedubes AS, namun kepala barisan baru sampai di depan Kedubes langsung disambut dengan tembakan gas air mata. Ini yang membuat massa dari FUI dan FPI marah dan melakukan perlawanan," papar Al Khattath, Selasa (18/9).
Laskar keamanan dari kedua ormas, menurutnya, berusaha menahan massa tapi polisi merangsek maju. Maka benturan tak terelakkan sehingga jatuh korban di kedua belah pihak. "Tapi alhamdulillah massa bisa kita tenangkan dan sholat Ashar di jalanan. Setelah itu kita tetap di posisi demo, perintah tidak maju dan tidak mundur. Aksi duduk saja sambil sholawatan," terang Al Khattath.
Dari versinya, setelah sejam berlalu suasana kurang kondusif, sehingga massa ditarik mundur. Namun agaknya sebagian massa enggan mundur dengan berbagai alasan. "Motor mereka tertahan di sebelah timur atau di balik blokade polisi sehingga tetap tertahan,"imbuh Al Khattath.
Saat berangsur mundur, datang Kapolda Metro Jaya menaiki mobil berdiri bersama Al Khattath dan Korlap Ustaz Bernad Abdul Jabbar. Mereka bersama-sama ikut menenangkan situasi agar umat mundur. Bahkan Kapolda tegas mengatakan akan menarik anggotanya.
"Jadi kalau ada berita aksi FUI berujung ricuh itu adalah pemutarbalikan fakta, kalau ada kabar mengatakan aksi FUI anarkis adalah propaganda. Saya sendiri bawa istri dan anak-anak. Mana ada mau anarkis bawa anak,"ungkap Al Khattath.
Dia pun berdoa agar empat korban luka dari pihaknya serta dua polisi bersabar menerima cobaan. Demikian juga empat orang yang ditahan. Al Khattath juga sangat berharap Polri mengevalusi siapa di antara mereka yang tak memenuhi prosedur.