REPUBLIKA.CO.ID, YORDANIA -- Tammy berpendapat Islam begitu disiplin. Mereka melaksanakan shalat lima waktu. Yang menarik perhatian, semua anggota keluarga suami anaknya shalat berjamaah.
Bagi Tammy, hal itu merupakan pertunjukan yang menyentuh hatinya. Ia merasa tidak pernah merasakan atmosfer rumah begitu religius.
Tammy mulai mencari kebenaran guna mengisi kekosongan itu. Terpikir dalam hatinya, kata Islam. Segera, ia mendatangi Islamic Center Dallas. Di sana ia pelajari Alquran.
Awalnya, Tammy merasa tidak nyaman dengan apa yang ia lakukan. Perlahan tapi pasti, ia mulai merasakan hal yang luar biasa dari Alquran.
Di luar itu, ia merasa mencoba berbaur dengan yang lain. Satu hari, ia diajak temannya melaksanakan shalat. Spontan saja, Tammy mengaku ia tidak pernah shalat. Tapi temannya itu tetap mengajaknya ikut serta.
Dari situ, ia pertama kali melaksanakan shalat meski belum mengucapkan dua kalimat syahadat. Beberapa hari setelah itu, Tammy kian mantap dengan apa yang ia pelajari.
Hingga pada satu ketika ia merasa yakin bahwa Islam adalah pilihannya. Islam adalah pengisi kekosongan iman dalam hatinya. “Aku pun melakukannya,” kata dia.
Yang menggembirakan Tammy, putri bungsunya juga mengucapkan dua kalimat syahadat. Dari putrinya itu, ia kian mantap memeluk Islam. (baca: Tammy: Putriku Bawa Saya Temukan Islam).
“Putriku ini seorang yang luar biasa, berkat dirinya aku mungkin siap shalat sepuluh waktu,” kata dia bahagia.
“Sejujurnya, Allah mengembalikanku kepada Islam melalui dua putriku. Kini aku merasa damai, menikmati iman dan Islam yang diberikan Tuhan,” pungkas dia.